AS Marah Kim Jong Un Akan Bertemu Putin, Mau Bahas Apa?
- AP Photo/Alexander Zemlianichenko, Pool)
VIVA Dunia – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berencana melakukan perjalanan ke Rusia pada bulan September untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, guna membahas kemungkinan memasok senjata untuk perang di Ukraina.
Kim akan melakukan perjalanan dari Pyongyang, kemungkinan dengan kereta lapis baja, ke Vladivostok, di Pantai Pasifik Rusia, di mana ia akan bertemu dengan Putin, melansir New York Times, mengutip sumber-sumber AS dan sekutunya, Selasa, 5 September 2023.
Rencana perjalanan ini dilakukan ketika Rusia membahas diadakannya latihan militer gabungan dengan Korea Utara dan setelah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mencoba melakukan kunjungan ke Korea Utara untuk meyakinkan Pyongyang agar menjual amunisi artileri ke Rusia.
AS sebelumnya telah memperingatkan bahwa Korea Utara dapat memberikan lebih banyak senjata kepada Rusia, yang pasukannya menginvasi Ukraina pada Februari 2022, sebuah perang yang ditentang keras oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa dan yang oleh Moskow disebut sebagai “operasi militer khusus.”
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada 30 Agustus bahwa Amerika Serikat khawatir bahwa negosiasi senjata antara kedua negara mengalami kemajuan yang aktif.
“Setelah kunjungan Shoigu, sekelompok pejabat Rusia lainnya melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai potensi kesepakatan senjata antara DPRK dan Rusia,” kata Kirby, menggunakan akronim dari Republik Demokratik Rakyat Korea.
Kirby menolak merinci bagaimana para pejabat AS mengumpulkan informasi intelijen tersebut.
Sesaat sebelum Gedung Putih mengumumkan informasi baru tentang perundingan senjata Korea Utara dan Rusia, Korea Utara meluncurkan rudal balistik ke perairan timurnya, menurut militer Korea Selatan.
Uji coba rudal tersebut dilakukan hanya beberapa jam setelah AS menerbangkan setidaknya satu pesawat pembom jarak jauh ke Semenanjung Korea untuk unjuk kekuatan melawan Korea Utara.
Akhir tahun lalu, Gedung Putih mengatakan pihaknya telah menetapkan bahwa Wagner Group, sebuah perusahaan militer swasta Rusia, telah menerima kiriman senjata dari Korea Utara untuk membantu memperkuat pasukannya yang bertempur di Ukraina atas nama Rusia.
Baik Korea Utara maupun Rusia sebelumnya tetap membantah tuduhan AS itu. Namun Korea Utara berpihak pada Rusia terkait perang di Ukraina, dan bersikeras bahwa “kebijakan hegemonik” negara-negara Barat yang dipimpin Amerika telah memaksa Moskow mengambil tindakan militer untuk melindungi kepentingan keamanannya.
Di PBB, Amerika Serikat, Inggris, Korea Selatan dan Jepang mendesak Korea Utara untuk menghentikan negosiasi senjata dengan Rusia.
Kesepakatan senjata apa pun antara Rusia dan Korea Utara akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, yang didukung oleh Rusia, yang melarang semua negara membeli atau memperoleh senjata apa pun dari Korea Utara, kata keempat negara tersebut dalam pernyataan bersama.
Pemerintahan Biden juga telah berulang kali menyatakan bahwa Kremlin menjadi bergantung pada Korea Utara, serta Iran, untuk mendapatkan senjata yang dibutuhkannya untuk berperang melawan Ukraina.
Korea Utara dan Iran sebagian besar terisolasi di panggung internasional karena program nuklir dan catatan hak asasi manusia mereka.