Belum Ingin Punya Anak, Banyak Wanita Taiwan yang Bekukan Sel Telurnya Untuk Di Masa Depan

Ilustrasi pembuahan sel telur dalam rahim
Sumber :
  • Pixabay/heblo

VIVA Dunia – Para wanita muda di negara Taiwan kini banyak yang memilih untuk membekukan sel telur mereka, karena belum siap untuk hamil dan memiliki anak, dalam waktu dekat. 

48 Tahun Taiwan Technical Mission di Indonesia, TETO Dorong Peningkatan Kerja Sama Sektor Pertanian

Taiwan, di masa modern ini, memiliki tingkat kesuburan sebesar 0,89 anak per perempuan, kurang dari setengah tingkat penggantian (atau kematian) sebesar 2,1 dan salah satu yang terendah di dunia, setelah Korea Selatan dan Hong Kong. 

Wanita lajang di Taiwan dapat membekukan sel telurnya dan hal ini legal, tidak seperti di Tiongkok yang melarang hal tersebut. 

Denny Caknan Tampil di Barcelona, Kini Hiasi E-Billboard Taiwan

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen

Photo :
  • Facebook @Tsai Ing-wen

Namun penggunaan telur tersebut hanya sah dalam pernikahan heteroseksual, tidak termasuk wanita yang belum menikah dan pasangan yang menikah dengan sesama jenis atau gay, melansir The Japan Times, Senin 4 September 2023. 

Taiwan Klaim Tak Ada Perusahaannya Terlibat Ledakan Pager di Lebanon yang Didalangi Israel

Para dokter di Taiwan mengatakan pembatasan tersebut menyebabkan hanya sekitar 8% perempuan yang menggunakan sel telur mereka setelah dibekukan, dibandingkan dengan sekitar 38% di Amerika Serikat.

Taiwan menjadi negara pertama di Asia yang melegalkan pernikahan sesama jenis pada tahun 2019 dan pada bulan Mei memberikan hak kepada pasangan sesama jenis untuk mengadopsi anak bersama. 

Namun hanya sekitar 4% anak-anak di Taiwan yang lahir di luar nikah, dibandingkan dengan sekitar 40% di AS yang lebih menerima pernikahan tersebut. 

Li Yi-Ping, direktur utama pusat medis reproduksi di Rumah Sakit Shin Kong Wu Ho-Su Memorial di Taipei, mengatakan ada kemungkinan besar perubahan kebijakan mengenai akses telur berdasarkan komunikasi antara Asosiasi Reproduksi Taiwan dan pemerintah, namun masih menjadi pertanyaan  untuk berapa lama waktu yang dibutuhkan. 

“Ini adalah masalah keamanan nasional yang sangat penting. Sekarang kita harus menunggu masyarakat membentuk konsensus,” kata Li. 

Taiwan merencanakan evaluasi komprehensif sebelum memutuskan apakah akan memperluas akses terhadap reproduksi buatan mengingat ini adalah masalah etika, medis, dan hukum yang kompleks yang melibatkan banyak pemangku kepentingan, kata Chen Li-Chuan, pakar kebijakan di Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan. 

Tren yang meningkat Permintaan terhadap pembekuan telur di Taiwan telah melonjak, dengan jumlah wanita berusia antara 35 dan 39 tahun yang memilih teknologi tersebut meningkat 86% selama tiga tahun terakhir, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Taiwan University Hospital. 

Lebih dari selusin pusat yang menawarkan layanan pembekuan telur dibuka pada tahun lalu setelah pandemi ini, kata Dr Lai Hsing-Hua, pendiri bank telur pertama di Taiwan, Stork Fertility Clinic.

Lai mengatakan pasien baru di klinik Stork di Taipei dan Hsinchu telah meningkat 50% dari tahun ke tahun karena klinik tersebut membekukan telur untuk lebih dari 800 wanita. 

Kehebohan ini terjadi ketika dua pemerintah daerah, Hsinchu dan Taoyuan, mulai memberikan subsidi pada pembekuan telur pada tahun ini. Namun, hanya 1.400 tempat yang tersedia setiap tahunnya dan gaji tahunan rata-rata kurang dari $19.000 atau Rp289 juta, yang berarti pembekuan sel telur tidak terjangkau oleh banyak wanita. 

Biaya pembekuan sel telur adalah $2.600 atau Rp39 juta hingga $3.900 atau Rp59 juta untuk ekstraksi, pengobatan dan kunjungan klinik, ditambah dengan $160 atau Rp2,5 juta hingga $320 atau Rp4,8 juta untuk biaya penyimpanan tahunan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya