Lika-liku Kehidupan Wanita Transgender di India, Cari Cuan Lewat Becak Listrik
- AP Photo/Aijaz Rahi
New Delhi – Ketika Preethi, seorang wanita transgender pindah ke Bengaluru di India selatan 10 tahun lalu, setelah diusir dari rumah keluarganya karena memilih jalan hidup yang berbeda, Preethi berharap bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Namun, wanita transgender berumur 38 tahun itu justru tidak bisa mendapatkan pekerjaan secara konsisten. Selama sebagian besar dekade ini, cara utama dia mencari uang adalah dengan mengemis di jalanan kota, sehingga membuatnya rentan terhadap pelecehan dan kejahatan dengan kekerasan.
“Saya hanya tidak menginginkan kehidupan seperti itu lagi,” kenangnya, dikutip dari AP, Kamis, 31 Agustus 2023.
Lalu, pada bulan Maret tahun lalu, dia mendapat kesempatan untuk membalikkan keadaannya. Dia mendapatkan kunci becak listrik miliknya, dan menggunakannya untuk mencari nafkah dengan mengangkut penumpang di sekitar jalan-jalan yang macet di Bengaluru.
Preethi kini merupakan salah satu dari jutaan pemilik kendaraan listrik di India, namun satu dari sedikit yang menerima kendaraan listrik melalui sumbangan amal.
Preethi dapat dilihat sebagai seseorang yang memiliki kisah sukses, ketika India berupaya mengurangi emisi yang menyebabkan pemanasan global dengan cara yang menguntungkan orang-orang dari berbagai latar belakang ekonomi, yang dikenal sebagai “transisi yang adil.”
Penjualan kendaraan listrik meroket, dan para ahli mengatakan bahwa sangat penting bagi semua orang untuk mendapatkan manfaat dari langkah besar menuju energi ramah lingkungan ini.
Meskipun sumbangan kendaraan listrik jarang terjadi, para analis mengatakan perusahaan kendaraan listrik dan program pemerintah juga dapat membantu mereka yang berpenghasilan rendah, melalui pelatihan, pekerjaan, dan transportasi yang terjangkau.
Badan amal yang menyumbangkan kendaraan listrik Preethi, Shishu Mandir, menerima sumbangan untuk memberikan sejumlah kendaraan listrik yang lebih kecil kepada perempuan dan orang non-biner untuk digunakan sebagai layanan ride-hailing.
Organisasi tersebut bertanya kepada Preethi apakah dia tertarik dan ketika dia menjawab 'Ya', tim tersebut memberikan pelatihan, memberinya lisensi, dan mendaftarkan becak listrik atas namanya.
"Kami ingin program ini memberikan manfaat ganda, yaitu mengurangi polusi sekaligus memberdayakan perempuan dan transgender,” kata C. Anand, sekretaris organisasi tersebut.
Sejak Maret tahun lalu, badan amal tersebut telah menyumbangkan 17 becak listrik dan bersiap untuk menyumbangkan lima becak lagi dalam dua bulan ke depan, serta memberikan pelatihan dan izin kepada orang-orang yang menawarkannya.
“Peningkatan keterampilan masyarakat lokal agar mereka memenuhi syarat untuk mendapatkan pekerjaan yang ditawarkan oleh energi ramah lingkungan sangat penting untuk transisi yang adil," ujar N.C. Thirumalai, kepala sektor studi strategis di lembaga think tank Pusat Studi Sains, Teknologi dan Kebijakan yang berbasis di Bengaluru.
Ia mengatakan rencana pelatihan kerja pemerintah federal, seperti program Skill India, dapat diarahkan kepada pekerja yang siap untuk pekerjaan di bidang energi ramah lingkungan. Misalnya, orang-orang di industri otomotif, mulai dari produsen hingga mekanik yang harus dilatih ulang.
“Jika kita tidak melakukan ini, kita berisiko meninggalkan jutaan orang."
Setelah Preethi menyelesaikan pelatihannya, dan mulai bekerja, kemudian timbulah rasa takut dan kegembiraan yang bercampur aduk. Kekhawatiran tersebut segera mereda setelah beberapa pengalaman awal yang positif.
“Saya tidak ingat banyak tentang pelanggannya, tetapi beberapa penumpang pertama yang saya tumpangi semuanya mendukung,” kata Preethi.
Dia menambahkan bahwa banyak pelanggan yang mengatakan bahwa mereka senang melihat seorang transgender mengendarai becak listrik. Dia memang punya beberapa pengalaman buruk, tapi dia mengatakan dia belajar bagaimana menghadapi pria seperti ini.