Larangan Penggunaan Gamis di Sekolah Prancis Tuai Kontroversi

Gamis Shabby Chic
Sumber :
  • @aznii.official

Paris – Keputusan pemerintah Perancis untuk melarang anak-anak mengenakan abaya, atau gamis Arab, yang dikenakan oleh sebagian perempuan Muslim, di sekolah-sekolah negeri mendapat tepuk tangan dari kelompok sayap kanan. Meski demikian, kritik juga dilontarkan. 

Kemenag Selenggarakan Forum Sharia Internasional yang Dihadiri 14 Negara, Ini yang Jadi Pembahasan

Prancis telah memberlakukan larangan simbol-simbol agama di sekolah-sekolah negeri sejak tahun 2004, untuk menegakkan sekularisme ketatnya, yang dikenal sebagai “laicite”. 

Dilansir dari The Sun Daily, Selasa, 28 Agustus 2023, topik ini merupakan topik yang sensitif dan seringkali memicu ketegangan politik di negara tersebut. 

Setelah Mary Jane, Menko Yusril: Prancis dan Australia Ajukan Permohonan Pemindahan Narapidana

"Sekolah kami terus-menerus diuji, dan selama beberapa bulan terakhir, pelanggaran terhadap laicite telah meningkat pesat, khususnya (siswa) yang mengenakan pakaian keagamaan seperti abaya dan kameez,” kata Menteri Pendidikan, Gabriel Attal pada konferensi pers hari Minggu, 27 Agustus 2023. 

Manggung di Aceh, Bernadya Pakai Hijab

Ketua partai konservatif Les Republicains, Eric Ciotti, dengan cepat menyambut baik langkah tersebut, yang menurutnya sudah lama tertunda. 

Persatuan kepala sekolah SNPDEN-UNSA menyambut baik keputusan tersebut, dan mengatakan bahwa yang terpenting adalah kejelasan dari pemerintah, kata sekretaris nasionalnya, Didier Georges. 

“Apa yang kami inginkan dari para menteri adalah kepastian, 'ya atau tidak?', ujar Georges tentang abaya. 

"Kami puas karena keputusan telah dibuat.” 

Namun, banyak pihak dari sayap kiri mengkritik langkah tersebut, termasuk Clementine Autain, seorang anggota parlemen dari kelompok sayap kiri France. 

Autain menyebut bahwa tindakan itu menunjukan adanya penolakan bagi umat Islam. 

Beberapa akademisi juga sepakat bahwa langkah tersebut bisa menjadi kontraproduktif, terlebih lagi karena tindakan tersebut menyentuh pakaian yang menurut mereka dikenakan untuk fashion atau identitas dan bukan untuk agama. 

“Ini akan merugikan umat Islam secara umum. Sekali lagi, mereka akan merasa terstigmatisasi,” kata sosiolog Agnes De Feo, yang telah meneliti perempuan Prancis yang mengenakan niqab selama satu dekade terakhir. 

“Sangat disayangkan karena orang akan menilai gadis-gadis muda ini, padahal (abaya) adalah ekspresi remaja tanpa konsekuensi.”

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya