Kerugian Akibat Kebakaran Hutan Hawaii Capai Rp84,2 Triliun, Ribuan Orang Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran hutan akibat badai di pulau itu telah menewaskan sedikitnya 53 orang, dan menghancurkan ratusan bangunan di Pulau Maui.
Sumber :
  • AP Photo/Rick Bowner

Hawaii – Kebakaran hutan paling mematikan di Hawaii, Amerika Serikat (AS), terjadi lebih dari 100 hari, dan memicu kritik bahwa kelambanan pemerintah menyebabkan banyak hilangnya nyawa warga Hawaii. 

Kebakaran Hebat Landa Permukiman Padat Kampung Bahari

Setidaknya 96 orang dipastikan tewas pada Minggu malam, 13 Agustus 2023, tetapi para pejabat memperingatkan angka itu kemungkinan akan meningkat karena kru penyelamat dan anjing pelacak bekerja melalui ratusan rumah, dan kendaraan yang terbakar di Lahaina. 

Kota pantai bersejarah di pulau Maui hampir hancur oleh api yang bergerak cepat pada Rabu pagi, 9 Agustus 2023, dengan para penyintas mengatakan tidak ada peringatan awal soal kebakaran itu. 

Anggota Kongres Sebut AS Sudah Bantu Israel Senilai Rp286 Triliun dalam Bentuk Senjata

Kebakaran hutan di Gunung Gundil, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Jatim.

Photo :
  • Dokumen BPBD Jatim

Ketika ditanya mengapa tidak ada sirene di pulau itu yang diaktifkan, Senator Hawaii Mazie Hirono mengatakan dia akan menunggu hasil penyelidikan yang diumumkan oleh jaksa agung negara bagian. 

Tawuran Pecah di Duren Sawit Jaktim Pecah, Satu Tewas Kena Lemparan Batu 2 Luka-luka

"Saya tidak akan membuat alasan apa pun untuk tragedi ini,” kata Hirono, dikutip dari The Sundaily, Selasa, 15 Agustus 2023. 

"Kami benar-benar fokus pada upaya penyelamatan, dan, sayangnya, lokasi itu sudah ada banyak mayat." 

Lebih dari 2.200 bangunan rusak atau hancur saat api melanda Lahaina, menurut perkiraan resmi. Hal itu juga menimbulkan kerusakan dan kerugian mencapai US$5,5 miliar atau setara dengan Rp84,2 triliun serta menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

"Jenazah yang kami temukan berasal dari api yang melelehkan logam," kata Kepala Polisi Maui John Pelletier. 

"Saat kami mengambil sisa-sisanya, mereka hancur berantakan." 

Hal itu juga membuat proses identifikasi menjadi sulit, tambahnya. Dia juga mengimbau mereka yang kehilangan kerabat untuk memberikan sampel DNA yang dapat mempercepat proses identifikasi. 

Pelletier mengatakan anjing pelacak masih memiliki area yang luas untuk mencari korban lainnya yang mungkin masih ada ratusan orang yang belum ditemukan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya