Mengenal Fernando Villavicencio, Capres Harapan Ekuador yang Ditembak Mati Mafia Narkoba

Kandidat presiden Ekuador, Fernando Villavicencio.
Sumber :
  • Dok BBC News.

Ekuador – Kandidat presiden Ekuador Fernando Villavicencio, yang ditembak mati setelah kampanye, pada hari Rabu, 9 Agustus 2023, dikenal sebagai seseorang yang menggaungkan antikorupsi. Dia juga jurnalis investigasi yang tak kenal lelah. 

Jurus Brigjen Mukti Juharsa Buru Buronan Narkoba di Malaysia

Lalu, siapa sebenarnya sosok Villavicencio? Capres yang diharapkan mampu mengubah situasi di Ekuador. 

Seorang Penentang Utama Korupsi dan Kekerasan 

Detik-detik Terdakwa Kasus Narkoba Kabur Usai Pembacaan Vonis di PN Banda Aceh

Seorang anggota parlemen berusia 59 tahun di Majelis Nasional itu blak-blakan tentang korupsi dan kekerasan yang disebabkan oleh perdagangan narkoba di Ekuador. Dia menegaskan pada bulan Mei lalu bahwa Ekuador telah menjadi negara narco saat dia mengusulkan untuk memimpin melawan mafia politik. 

Fernando Villavicencio mengibarkan bendera Ekuador.

Photo :
  • AP Photo.
Kelompok Bali Nine, Tersangka Kasus Narkoba di Bali Bakal Dipulangkan ke Australia

Deklarasi anti korupsinya dan janji politik masa depan membuat Villavicencio memiliki banyak musuh. Dia juga sebelumnya mengatakan bahwa dirinya menerima ancaman pembunuhan dari kelompok kriminal. 

Kampanye Villavicencio selama dia menjadi calon presiden Ekuador menjanjikan pemberantasan terhadap kejahatan dan korupsi, di tengah eskalasi kekerasan mematikan yang melanda negara itu dalam beberapa tahun terakhir. 

Ekuador relatif damai hingga beberapa tahun lalu. Kini dilanda perang wilayah antara organisasi kriminal yang bersaing. Kekerasan paling menonjol berada di pantai Pasifik Ekuador, saat kelompok kriminal berjuang untuk mengontrol dan mendistribusikan narkotika, terutama kokain. 

“Hari ini Ekuador dikendalikan oleh Jalisco Nueva Generacion, Kartel Sinaloa, keduanya dari Meksiko, serta mafia Albania,” kata Villavicencio dalam wawancara pada bulan Mei, dikutip dari CNN Internasional, Jumat, 11 Agustus 2023. 

Seorang Pejuang Tak Kenal Lelah

Villavicencio telah lama dikenal karena upaya antikorupsinya. Di usianya yang baru 18 tahun, dia memulai sebuah surat kabar bernama Prensa Obrera (Pers Pekerja), dan dia bekerja untuk perusahaan minyak negara EP Petroecuador. 

Kemudian, dia mengungkap skandal korupsi di industri minyak Ekuador yang sedang booming, dan juga mendorong penyelidikan atas insiden itu. Ketika itu para tentara menewaskan sedikitnya lima orang saat membebaskan Presiden Rafael Correa dari situasi penyanderaan pada tahun 2010. 

Correa mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap Villavicencio, dan akibatnya dia dihukum 18 bulan penjara. Villavicencio melarikan diri untuk menghindari penahanan, dan memberikan wawancara kepada Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) pada tahun 2014. 

“Presiden ingin saya berlutut dan meminta maaf. Tapi aku tidak akan pernah melakukan itu,” katanya kepada CPJ. 

Villavicencio kemudian meminta suaka di Peru dan berlindung atas penganiayaan politik dari pemerintah Correa. Perjalanan karier Villavicencio sungguh tidak mudah. Itu sebabnya, kepergiannya membuat pukulan hebat bagi warga Ekuador. 

Bahkan, pada hari Rabu, Movimiento Construye, koalisi politik yang juga mencalonkan diri sebagai capres mengeluarkan pernyataan yang  memuji sosok Villavicencio sebagai pejuang tak kenal lelah. 

“Fernando Villavicencio dengan berani menghadapi kejahatan terorganisir, dan dia tidak takut untuk mengkritik hubungannya dengan politik,” kata Construye melalui akun Facebooknya.

Penulis Buku Handal 

Villaviciencio lahir di Alausi, Ekuador tengah, pada 11 Oktober 1963. Dia telah menulis sejumlah buku yang menyelidiki korupsi di Ekuador, serta membangun media seperti LaFuente.ec, MilHojas.is dan periodismodeinvestigación.com. 

Karier politiknya dimulai pada 2009, ketika ia bekerja sebagai penasihat anggota parlemen Clever Jimenez. 

Kemudian, pada tahun 2021 dia sendiri terpilih menjadi anggota majelis nasional, dan menjabat hingga Mei tahun ini. Namun, majelis tersebut dibubarkan menjelang pemilihan presiden yang masih dijadwalkan berlangsung pada 20 Agustus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya