Ekuador Umumkan Keadaan Darurat Setelah Capres Dibunuh, 6 Orang Ditangkap

Ilustrasi penembakan.
Sumber :
  • ANTARA/Shutterstock.

Ekuador – Ekuador umumkan keadaan darurat, pada Kamis, 10 Agustus 2023, dan meminta FBI untuk membantu menyelidiki pembunuhan seorang calon presiden (capres), yang ditembak secara brutal setelah kampanye. 

Penembakan Massal di Towson Maryland, 1 Tewas dan 9 Luka-luka

Kematian seorang capres di Ekuador menyoroti kemunduran negara itu, yang dulunya damai menjadi sarang kekerasan perdagangan narkoba dan kejahatan terorganisir. 

Polisi mengatakan enam warga Kolombia telah ditangkap dalam pembunuhan Fernando Villavicencio, seorang jurnalis berusia 59 tahun dan pejuang antikorupsi yang ditembak mati saat ia meninggalkan rapat umum kampanye, di ibu kota Quito, pada Rabu malam, 9 Agustus 2023. 

Kapolda Akui Oknum Polisi Penembak Warga di Kalteng Terbukti Konsumsi Sabu

Kandidat presiden Ekuador, Fernando Villavicencio.

Photo :
  • Dok BBC News.

Penyerang lain, yang juga warga Kolombia, ditembak mati oleh petugas keamanan, kata pihak berwenang. 

KKB Serang Dua Anggota Polisi Hingga Tewas, Satu Warga Sipil Terluka

Melansir dari The Sundaily, Jumat, 11 Agustus 2023, Menteri Dalam Negeri Ekuador, Juan Zapata mengatakan para penyerang itu adalah kelompok kejahatan terorganisir, tanpa menyebutkan kelompok tertentu. 

Warga yang terkejut atas insiden penembakan itu mengungkapkan rasa frustrasi mereka dengan kekerasan yang berkembang di negara Amerika Selatan, yang tingkat pembunuhannya melonjak ketika geng-geng narkoba mengobarkan perang berdarah. 

Ibu rumah tangga Ruth Flores, mengatakan bahwa orang-orang marah atas pembunuhan seorang capres, yang dilihatnya sebagai harapan akan kejujuran di negara itu.

"Situasi di sini sangat mengkhawatirkan. Anda tidak bisa berjalan dengan damai, tidak ada keamanan," katanya. 

Presiden Ekuador, Guillermo Lasso, mengumumkan keadaan darurat selama dua bulan, dan mengatakan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (AS) telah menerima permintaan Lasso. 

Villavicencio, menjadi sasaran brutal dengan rentetan tembakan. Dia dibunuh dengan seperti pembunuh bayaran dan dengan tiga tembakan di kepala.

Villavicencio sempat mengeluh bahwa dirinya menerima ancaman dari Los Choneros, salah satu geng narkoba paling kuat di negara itu. “Mereka menyuruh saya memakai rompi (antipeluru). Saya tidak membutuhkannya. Biarkan pembunuh bayaran datang!  Mereka mungkin membengkokkan saya, tetapi mereka tidak akan pernah menghancurkan saya," kata politisi itu dalam rapat umum awal pekan ini di Chone, tempat kelahiran geng tersebut. 

Capres lainnya juga telah melaporkan ancaman yang sama terhadap mereka menjelang pemilihan mendadak pada 20 Agustus. Seorang walikota yang populer dan calon anggota parlemen juga telah dibunuh dalam beberapa pekan terakhir. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya