Wah Ternyata Ramai Warga Palestina Jadi Tentara Israel, Ini Alasannya

Ilustrasi Tentara Israel
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Xinhua-Mamoun Wazwaz/hp

Yerusalem – Konflik yang mengakar antara Palestina dan Israel seakan tidak ada habisnya. Hal itu ada kaitannya pula dengan dominasi Yahudi di Israel dan Muslim di Palestina. Namun apa jadinya bila warga Muslim justru menjadi tentara Israel untuk memerangi Palestina?

China Sebut Veto AS atas Resolusi Gencatan Senjata Gaza Dorong Palestina ke Kegelapan

Bagaikan memerangi saudara sendiri, ternyata ada ribuan Muslim yang bergabung menjadi tentara Israel untuk memerangi Palestina.

VIVA Militer: Bendera Israel

Photo :
  • Moderate Rebels
Israel Tahan 270 Anak Palestina dengan Kondisi Memprihatinkan, Menurut Komisi Urusan Tahanan

Sekitar dua sampai tiga dekade lalu hampir tidak mungkin bagi orang Arab-Israel memilih militer sebagai jalan berkarier. Namun sekarang inilah fakta yang mungkin membuat orang terkejut dan tidak bisa diterima setiap orang: mereka yang mayoritas Muslim justru berbondong-bondong mendaftar tentara Israel.

Sebagaimana dipaparkan The Jerussalem Post, data resmi pada 2020 yang dihimpun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mencatat bahwa ada 606 orang dari Arab-Muslim yang bergabung IDF. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun 2019 sebesar 489 orang dan tahun 2018 sejumlah 436 orang.

UNRWA: Gaza Telah Menjadi Kuburan bagi Anak-anak Palestina

Dalam laporan khusus Al Majalla berjudul "Exclusive: IDF - 'Our Mission is to Enlist as Many Israeli Arabs as we can'" (2022), diketahui IDF berhasil merekrut 130-350 suku Badui yang mayoritas Muslim dan 40-100 tentara dari berbagai desa dan kota berpenduduk mayoritas Muslim, untuk menjadi tentara. Di sektor kepolisian juga tercatat hal sama, yakni 20% dari pendaftar pada tahun 2021 adalah orang Muslim.

Bahkan, BBC pada 2016 pernah menuliskan peningkatan jumlah tentara dari komunitas Arab-Israel membuat IDF membentuk tim bernama Gadsar.

Gadsar beranggotakan sekitar 500 prajurit keturunan Arab, baik beragama Islam atau Kristen. Mereka bertugas di kawasan Tepi Barat, salah satu titik panas konflik Israel-Palestina.

Pemerintah Israel sebetulnya tidak mewajibkan komunitas Arab-Israel dan Badui ikut wajib militer. Namun, pemerintah juga tidak menutup pintu bagi mereka apabila ingin bergabung angkat senjata. Karena inilah mereka bisa dikatakan secara sukarela dan tanpa paksaan bergabung menjadi anggota IDF.

Kenyataan ini memang kontradiktif dengan garis perjuangan yang dilakukan mayoritas Muslim dan negara Arab untuk mendukung kedaulatan Palestina. Artinya, dengan bergabung menjadi tentara Israel secara tidak langsung mereka juga mematahkan perjuangan Palestina. Atau mereka juga

Bendera Israel dan Palestina.

Photo :
  • Unsplash

Dalam riset peneliti University of Pennsylvania Miriam Minsk berjudul "Saluted for Service: Benefits of Arab-Israeli Enlistment in the Israel Defense Forces" (Journal on Jewish Thought, Jewish Culture, and Israel, 2020), IDF memberikan peluang kerja lebih luas kepada orang Arab setelah masa wajib militer selesai. Sekalipun tetap berkecimpung di dunia militer, pemerintah berupaya memposisikan mereka untuk dapat sukses di masa depan.

Alasan ini terkesan sangat positif karena berupaya mengintegrasikan warga Arab ke dalam masyarakat Israel agar lebih sejahtera. Namun, anggota parlemen Hanin Zoabie kepada Al Majalla membantah alasan ini.

Kata Hanin, sikap baik ini bertujuan memecah belah orang Arab-Israel. Sebab, sama seperti kasus Ella tadi, sudah pasti hadirnya satu anggota keluarga menjadi tentara membuat hubungan dalam satu lingkungan tidak lagi sama. Mereka pasti akan saling menyalahkan hingga timbul perpecahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya