Varian COVID Baru 'Eris' Alami Lonjakan Kasus di Inggris, Ini Gejalanya

Ilustrasi COVID-19/virus corona.
Sumber :
  • Pixabay/mattthewafflecat

Inggris – Varian baru dari COVID-19 baru-baru ini muncul dan memicu peningkatan kasus di Inggris. Kondisi ini membuat angka pasien yang dirawat melonjak, serta diperparah Inggris sedang berada di dalam cuaca yang kurang baik dan mengakibatkan kekebalan tubuh berkurang selama musim panas.

Dianggap Terlalu Bejat, Pemerkosa Ratusan Pria Reynhard Sinaga Hampir Jadi Korban Balas Dendam di Penjara Inggris

Dilansir dari Independent, Senin, 7 Agustus 2023, varian bernama 'Eris' atau subvarian Omicron EG.5.1 pertama kali diklasifikasikan sebagai varian di Inggris pada 31 Juli, namun kini temuannya menjadi satu dari 10 kasus COVID.

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Photo :
  • pexels/Edward Jenner
Jalan-jalan ke Inggris Gratis Cukup bikin Video Asyik

Menurut Badan Kesehatan Inggris (UKHSA), 'Eris' menjadi varian paling umum kedua setelah Arcturus atau Omicron XBB.1.16. Lonjakan kasus COVID terjadi ketika jumlah yang diperkirakan melonjak hampir 200 ribu bulan lalu, dari 606.656 kasus yang diprediksi pada 4 Juli menjadi 785.980 pada 27 Juli.

Karena peningkatan kasus COVID yang terjadi di Inggris, pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan Eris sebagai daftar varian yang tengah dipantau atau varian under monitoring (VUM).

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

'Eris' memiliki gejala yang tidak banyak berbeda dari subvarian Omicron lainnya. Adapun di antaranya:

  • Pilek
  • Sakit Kepala
  • Kelelahan ringan hingga berat
  • Bersin
  • Sakit tenggorokan

Di samping itu, Anggota Independent Sage Prof Christina Pagel menyoroti cuaca kurang baik yang terjadi di Inggris belakangan ini. Menurutnya hal tersebut memicu kekebalan tubuh masyarakat menurun.

"Cuaca basah selama beberapa minggu terakhir mungkin juga tidak membantu karena membuat orang tetap di dalam ruangan," ucap Pagel.

Menurutnya Pagel, penyebaran varian COVID baru 'Eris' ini akan makin meningkat setelah libur musim panas berakhir dan sekolah mulai dibuka.

Ilustrasi long COVID

Photo :
  • times of india

"Kemungkinan akan dominan pada bulan September ketika anak-anak kembali ke sekolah dan orang dewasa untuk bekerja atau universitas, ditambah kita mulai menghabiskan lebih banyak waktu di dalam rumah," ucapnya.

"Kebanyakan orang sekarang lebih dari 18 bulan dari vaksin terakhir dan mayoritas orang juga beberapa bulan dari infeksi terakhir mereka. Kita bisa melihat gelombang tumbuh lebih cepat di bulan September," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya