Presiden Tunisia Pecat Perdana Menteri karena Kelangkaan Roti
- AP Photo
Tunis – Presiden Tunisia Kais Saied memecat Perdana Menteri Najla Bouden, pada Selasa malam, 1 Agustus 2023, tanpa penjelasan yang jelas. Bouden akan digantikan dengan mantan eksekutif bank sentral Ahmed Hachani, yang dia tugasi untuk mengatasi tantangan kolosal, yang dihadapi negara Afrika Utara yang kekurangan uang itu.
Tidak ada penjelasan resmi yang diberikan atas pemecatan Bouden, tetapi beberapa media lokal menyoroti ketidaksenangan Saied atas sejumlah kekurangan PM-nya itu, terutama terkait stok roti di toko roti yang disubsidi negara.
"Saied memberhentikan fungsi Bouden, yang telah menjadi wanita pertama yang memimpin pemerintahan di Tunisia," menurut siaran pers dan video yang dirilis oleh kepresidenan.
Saied langsung menunjuk Hachani sebagai penggantinya, yang hingga kini bekerja di bank sentral Tunisia dan belajar hukum di Universitas Tunis, tempat Saied mengajar. Kepala pemerintahan baru itu, sosok yang tidak diketahui masyarakat umum, dilantik di hadapan presiden, menurut video kepresidenan.
"Semoga sukses dalam tanggung jawab ini," ujar Saied.
Presiden menekankan bahwa ada tantangan kolosal yang harus diatasi dengan kemauan yang kuat dan untuk melindungi tanah air, negara, dan perdamaian sosial. Dalam beberapa hari terakhir, presiden telah beberapa kali melakukan pertemuan di lingkungan pemerintah dengan para menteri terkait mengenai kelangkaan roti bersubsidi di beberapa daerah.
Menurut media, Saied, baru-baru ini mengatakan bahwa roti adalah makanan yang begitu penting bagi rakyat Tunisia. "Roti adalah garis merah bagi rakyat Tunisia," ujarnya.
Saied khawatir akan terulangnya kerusuhan roti yang menewaskan 150 orang pada tahun 1984 di bawah Habib Bourguiba, bapak kemerdekaan Tunisia.
Menghadapi ekonomi berupah rendah, negara Tunisia sejak tahun 1970-an memusatkan pembelian sejumlah besar bahan dasar seperti tepung, semolina, gula, kopi, dan minyak goreng, sebelum memasarkannya dengan harga subsidi. Negara ini telah menghadapi kekurangan produk-produk tersebut secara sporadis selama berbulan-bulan.