7 Fakta Pemberontakan Singkat Wagner Dibalas Ampunan Vladimir Putin
- AP Photo
Moskow – Kremlin pada diguncang aksi pemberontakan tentara bayaran Wagner yang dipimpin Yevgeny Prigozhin, yang notabene adalah orang 'binaan' Presiden Rusia Vladimir Putin. Wagner selama ini berperang di pihak Rusia dan berada di garis depan medan tempur melawan Ukraina.
Pada Jumat, 23 Juni 2023, Wagner melancarkan serangan balik ke militer Rusia karena menuding pasukan Rusia menyerang para tentaranya sehingga kelompok paramiliter itu terdesak dari Ukraina ke Kota Rostov-on-Don di Rusia. Mereka marah dengan kebijakan pemerintah Putin.
Namun, pemberontakan singkat itu telah berakhir. Kurang dari 24 jam, Prigozhin menyatakan menarik mundur pasukannya. Ia bahkan meninggalkan Rusia menuju Belarusia. Â
Berikut fakta selengkapnya atas pemberontakan singkat tentara bayaran Wagner terhadap Rusia:
1. Serang Balik Rusia
Pemimpin kelompok paramiliter Wagner Yevgeny Prigozhin memerintahkan pasukannya menyerang balik Rusia pada Jumat, 23 Juni 2023. Dia mengatakan bahwa para pejuang Wagner telah melintasi perbatasan dari Ukraina ke Rusia untuk memasuki kota Rostov-on-Don.Â
Prigozhin menegaskan anak buahnya akan menghancurkan siapa saja yang menghalangi jalan mereka. Gubernur setempat juga mengimbau warga di sana untuk tetap tenang dan tetap berada di dalam rumah.Â
"Saya meminta anda untuk tidak melawan. Siapa pun yang melakukannya akan dianggap sebagai ancaman dan dihancurkan. Itu berlaku untuk setiap pos pemeriksaan dan penerbangan dalam perjalanan kami," ungkapnyaÂ
Dia mengklaim bahwa pasukannya telah menembak jatuh sebuah helikopter militer Rusia yang menembaki konvoi sipil. Namun, dia tidak memberikan lokasi, dan pernyataan tersebut tidak dapat diverifikasi.
2. Tuduh Menhan Rusia Dalangnya
Sebelumnya, Pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin telah menuntut penggulingan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, yang telah lama dikritik Prigohzhin dengan kebijakan yang melemahkan atas tindakannya dalam perang selama 16 bulan di Ukraina.
Prigozhin berulang kali menuding Kementerian Pertahanan Rusia dan Menteri Pertahanan Sergey Shoygu tidak memasok senjata yang cukup kepada kelompok paramiliter itu.
Pada hari Jumat, dia menuduh pasukan di bawah komando Shoigu menyerang kamp Wagner dan membunuh "sejumlah besar rekan kami". Prigozhin menuduh pasukan Rusia menyerang kamp Wagner di Ukraina dengan roket, helikopter tempur, dan artileri.
Dia menuduh Jenderal Valery Gerasimov, kepala Staf Umum, memerintahkan penyerangan setelah pertemuan dengan Shoigu di mana mereka memutuskan untuk menghancurkan kontraktor militer.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah menyerang kamp pasukan Wagner dan menuntut Prigozhin untuk menghentikan tindakannya. Namun, pemimpin Group Wagner itu mengatakan bahwa dirinya tidak menyakiti siapapun dan berdiri di atas keadilan.Â
"Mereka yang membunuh pemuda kami, dan puluhan ribu nyawa tentara Rusia (dalam perang di Ukraina) akan dihukum," katanya dalam pesan audio yang diposting ke platform media sosial Telegram.Â
3. Dicap Pengkhianat
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan tentara bayaran Grup Wagner, pada Sabtu, 24 Juni 2023, bahwa tindakan pemberontakan bersenjata yang mereka lakukan terhadap Rusia adalah tindakan pengkhianatan dan siapa pun, yang mengangkat senjata melawan Rusia akan dihukum.Â
Â
"Ini merupakan pukulan bagi Rusia, bagi rakyat kami. Dan tindakan kami untuk mempertahankan Tanah Air dari ancaman semacam itu akan sangat keras," kata Putin, dikutip dari VOA News, Minggu, 25 Juni 2023.Â
Putin  bersumpah untuk menghukum mereka yang berada di belakang pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh milisi Wagner. Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada bangsa, dia menyebut pemberontakan itu sebagai "pengkhianatan".
"Semua orang yang dengan sengaja berkhianat, yang mempersiapkan pemberontakan bersenjata, yang mengambil jalan pemerasan dan metode teroris, akan menderita hukuman yang tak terelakkan, akan bertanggung jawab baik kepada hukum maupun rakyat kita," sambungnya.Â
Pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin menolak tuduhan pengkhianatan yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia menegaskan bahwa seluruh anggota kelompoknya adalah pejuang,
"Mengenai pengkhianatan terhadap ibu pertiwi, Presiden (Putin) salah besar. Kami adalah patriot tanah air kami," ujar Prigozhin melalui pesan video di aplikasi Telegram, Sabtu.
4. Kebijakan Kontra-Terorisme
Sesaat setelah Wagner menyatakan memberontak dan akan menyerang Moskow, Putin memerintahkan militernya untuk melakukan barikade atau pembatasan lalu lintas jalan dan perbatasan.Â
Kremlin --sebutan bagi pemerintah Rusia-- juga merespons keras pengumuman tersebut dengan meningkatkan langkah-langkah keamanan di berbagai wilayah di negara tersebut.
Pemerintah Rusia pada 24 Juni 2023, memutuskan untuk memberlakukan kebijakan keamanan kontra-terorisme di wilayah Moskow, Moskow Oblast Voronezh dan Rostov, setelah kelompok Wagner dianggap berkhianat dan menghasut pemberontakan bersenjata.Â
Kedutaan Besar RI di Moskow mengimbau warga negara Indonesia (WNI) di Rusia untuk membatasi perjalanan ke luar kota di tengah situasi keamanan akibat pemberontakan kelompok tentara bayaran Wagner.Â
KBRI mengimbau WNI tidak melakukan perjalanan ke beberapa wilayah, seperti Rostov dan Voronezh, hingga situasi menjadi kondusif.
"Untuk masyarakat Indonesia di Moskow dan Moskow Oblast agar membatasi perjalanan ke luar kota kecuali keperluan mendesak. Hal ini terkait dengan peningkatan pemeriksaan aparat di jalan keluar maupun menuju Moskow," tulis KBRI Moskow dalam keterangan tertulisnya dikutip Minggu, 25 Juni 2023.
5. Pasukan Wagner Ditarik Mundur
Belum sampai 24 jam pemberontakan bersenjata, kelompok paramiliter Wagner yang sedang berada 200 kilometer dari Moskow, diperintahkan pemimpin mereka Prigozhin untuk mundur guna menghindari pertumpahan darah di Rusia. Prigozhin bersepakat dengan Putin untuk meredakan ketegangan. Â
Pemimpin kelompok Wagner, Yevgeny Prigozhin, beserta semua tank, alat berat, dan seluruh pasukan Wagner telah meninggalkan sebuah kota di Rusia selatan, Rostov-Na-Donu, menurut seorang pejabat setempat, Minggu.
"Pasukan Wagner telah meninggalkan Rostov dan pergi menuju kamp-kamp lapangan mereka," kata Gubernur Rostov Vasily Golubev di Telegram.
Sejumlah gambar di media sosial menunjukkan Wagner sedang meninggalkan gedung markas besar Distrik Militer Selatan Rusia di Rostov-Na-Don dan memindahkan peralatan militer mereka dari kota tersebut.
Rekaman video juga menunjukkan Prigozhin sedang meninggalkan Rostov-Na-Don menggunakan mobil.
6. Putin Ampuni Wagner
Presiden Rusia Vladimir Putin mengampuni pemimpin kelompok paramiliter Wagner, Yevgeny Prigozhin, dan menjamin tidak akan menyeretnya ke pidana. Hal itu ditegaskan Putin melalui juru bicara pemerintah Rusia Dmitry Peskov.Â
Jaminan Presiden Putin itu menyusul aksi pemberontakan singkat kelompok Wagner yang menuding pasukan Rusia menyerang para tentaranya sehingga terdesak dari Ukraina ke Kota Rostov-on-Don di Rusia.
Peskov menambahkan bahwa Prigozhin mendapat jaminan dari Presiden Vladimir Putin untuk meninggalkan Rusia dan pergi ke Belarusia.
Pihak berwenang Rusia juga tidak akan memidanakan para anggota Wagner yang ikut memberontak karena jasa-jasa mereka di medan tempur Ukraina, kata Peskov, dilansir AP, Minggu, 25 Juni 2023.
Sementara bagi anggota Wagner yang tidak bergabung aksi pemberontakan akan ditawari kontrak oleh Kementerian Pertahanan. Peskov juga menekankan bahwa "operasi militer khusus" di Ukraina akan terus berlanjut.
Dengan membiarkan Prigozhin dan pasukannya bebas, kata Peskov, tujuan tertinggi Putin adalah "untuk menghindari pertumpahan darah dan konfrontasi internal dengan hasil yang tidak dapat diprediksi."
7. Putin Kena Karma
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menilai pemberontakan yang dilakukan kelompok paramiliter Wagner ke Rusia merupakan karma atas kejahatan yang mereka lakukan di Ukraina.
"Siapa pun yang memilih jalan kejahatan dapat menghancurkan dirinya sendiri. Mengirim pasukan untuk menghancurkan kehidupan negara lain, dan tidak dapat menghentikan mereka yang melarikan diri dan berkhianat ketika kehidupan melawan," kata dia dalam pernyataan di Telegram.
Zelensky menuding Presiden Rusia Vladimir Putin telah "merendahkan orang-orang" dan melempar ratusan ribu dari mereka ke kancah perang di Ukraina.Â
"Pada akhirnya (Putin) membarikade dirinya sendiri di wilayah Moskow dari orang-orang yang dia persenjatai sendiri," katanya.
Zelensky juga menyebut bahwa Rusia telah memainkan propaganda untuk "menutupi kelemahan dan kebodohan pemerintahnya". Namun, Moskow saat ini sudah tidak dapat menyembunyikan kebohongan atas kekacauan meluas yang saat ini terjadi, katanya.
"Semakin lama Rusia mempertahankan pasukan dan tentara bayarannya di tanah kami, semakin banyak kekacauan, rasa sakit, dan masalah yang akan dialaminya sendiri nanti," tambah Zelensky.