Amnesty Internasional Nilai Israel-Palestina Lakukan Kejahatan Perang
- AP Photo/Maya Alleruzzo.
Tel Aviv – Sebuah laporan dari kelompok hak asasi manusia, Amnesty Internasional mengatakan bahwa Israel dan Palestina sama-sama melakukan kejahatan perang selama pertempuran bulan lalu di Jalur Gaza.
Kelompok tersebut menyimpulkan bahwa pasukan Israel melakukan serangan udara yang tidak proporsional yang menewaskan warga sipil Palestina. Kemudian, Jihad Islam Palestina (PIJ) juga tanpa pandang bulu menewaskan warga sipil Israel dan Palestina.
Melansir dari BBC Internasional, Selasa, 14 Juni 2023, Amnesti meminta Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki hal tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya beroperasi sesuai dengan kewajibannya berdasarkan hukum internasional, dan melakukan upaya untuk meminimalkan kerugian bagi warga sipil yang tidak diharuskan oleh hukum. Di lain sisi, seorang juru bicara PIJ mengatakan kelompok itu menyambut baik laporan Amnesty itu.
Diketahui, 34 warga Palestina dan satu warga Israel tewas dalam pertempuran lintas perbatasan, yang meletus pada 9 Mei, dan berakhir lima hari kemudian dengan gencatan senjata yang ditengahi Mesir.
Bentrokan itu dimulai ketika pesawat tempur Israel melakukan serangan udara pada malam hari yang menewaskan tiga komandan senior sayap militer PIJ di rumah mereka, serta 10 warga sipil, termasuk kerabat dan tetangga pria tersebut.
Sengaja luncurkan serangan
Amnesty International menilai penjatuhan bom berpemandu presisi di daerah padat penduduk, saat keluarga sedang tidur, menunjukkan bahwa Israel merencanakan dan mengesahkan serangan tersebut, tanpa mengantisipasi dan mempertimbangkan kemungkinan bahaya yang tidak proporsional terhadap warga sipil.
"Sengaja meluncurkan serangan yang tidak proporsional adalah kejahatan perang," kata Amnesty Internasional memperingatkan.
IDF mengatakan bahwa selama pertempuran berikutnya, pesawatnya menyerang lebih dari 400 sasaran militer milik PIJ dan menewaskan tiga komandan senior sayap militernya, yang dianggap bertanggung jawab atas penembakan puluhan roket dan mortir ke Israel pada minggu sebelumnya.
IDF mengklaim telah melakukan banyak upaya untuk meminimalkan kerugian bagi penduduk sipil di Jalur Gaza, termasuk dengan menunda dan bahkan membatalkan serangan yang direncanakan ketika kehadiran warga sipil yang tak terduga teridentifikasi.
“IDF melakukan serangan hanya setelah penilaian real-time sebelum serangan, dan menjamin kerusakan atau kerugian terhadap warga sipil, dan properti sipil tidak akan berlebihan dalam serangan itu," ujar IDF.
Meski demikian, Amnesty juga mengatakan pihaknya mengidentifikasi pola penghancuran properti yang luas di Gaza sebagai akibat dari serangan Israel yang gagal memenuhi pengecualian, di mana mereka menyerang rumah dan objek sipil lainnya.
"Dalam penyelidikan kami, kami mendengar laporan yang jelas tentang bom yang menghancurkan rumah, seorang ayah yang menggali gadis kecil mereka dari bawah puing-puing, seorang remaja yang terluka parah saat dia berbaring di tempat tidur sambil memegang boneka beruang," kata direktur Amnesti Timur Tengah Heba Morayef.
"Yang lebih menakutkan dari semua ini adalah hampir pasti bahwa, kecuali para pelaku dimintai pertanggungjawaban, adegan mengerikan ini akan terulang kembali."
Namun, Israel membantah hal tersebut dengan klaim bahwa Jihad Islam menempatkan pusat operasionalnya di bangunan tempat tinggal sipil dan menggunakan penduduk sipil sebagai perisai.
"Beberapa jam sebelum penyerangan, IDF memastikan bahwa gedung-gedung tersebut dievakuasi dari warga sipil dengan berbagai cara, seperti panggilan telepon dan prosedur 'mengetuk atap'. Gedung-gedung ini tidak diserang sampai mereka dievakuasi sepenuhnya dari penduduk sipil," ucap IDF.
Serangan ribuan roket ke Israel
Di lain sisi, Jihad Islam Palestina (PIJ) menanggapi serangan Israel dengan menembakkan lebih dari 1.400 roket ke arah Israel, memaksa puluhan ribu warga sipil berlindung di tempat perlindungan bom.
IDF mengatakan total 1.139 menyeberang ke wilayah Israel dan sekitar 430 menuju daerah berpenduduk dicegat oleh sistem pertahanan misilnya.
Namun, seorang wanita Israel dan seorang pekerja Palestina dari Gaza tewas oleh roket yang menghantam sebuah apartemen di Rehovot dan sebuah lokasi bangunan di Shokeda.
Amnesti mengatakan roket yang gagal di Gaza juga tampaknya telah menewaskan tiga warga sipil Palestina, termasuk dua anak.
PIJ membantah pada saat itu bahwa sebuah roket menghantam daerah tersebut dan menyalahkan serangan Israel, tetapi para saksi mengatakan kepada seorang peneliti bahwa individu yang terkait dengan kelompok tersebut memindahkan sisa-sisa roket segera setelah insiden terjadi.
"Dikenal karena ketidakakuratannya, serangan roket oleh kelompok bersenjata Palestina tidak pandang bulu, serangan ini harus diselidiki karena kejahatan perang dan korban diberikan ganti rugi yang cepat dan memadai," kata Morayef.
Juru bicara PIJ Tariq Salmi tidak mengomentari tuduhan itu. Namun dia mengatakan kepada BBC bahwa laporan Amnesty membuktikan bahwa pendudukan (Israel) adalah yang memulai agresi dengan melakukan kejahatan berat.
"Musuh menggunakan senjata yang dimilikinya untuk membunuh warga sipil Palestina dan kami melakukan bagian kami untuk membela diri terhadap kejahatan yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina," pungkas Salmi.