Proposal Perdamaian Prabowo Subianto Ditolak Ukraina, Ini Faktor Penyebabnya

Menhan RI Prabowo Subianto dalam forum IISS di Singapura
Sumber :
  • istimewa

Jakarta – Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto telah menawarkan proposal penyelesaian konflik antara Ukraina-Rusia dalam forum IISS Shangri-La Dialoge di Singapura. Namun, proposal tersebut ditolak mentah-mentah oleh Ukraina karena dinilai merugikan pihaknya. 

G20 Summit: Prabowo Discussed Free Nutritious Meal Program in Indonesia

Berkat usulan tersebut juga, Presiden Joko Widodo angkat bicara dan mengaku tidak terlibat dalam penyusunan proposal yang ditawarkan oleh Prabowo tersebut. Dia pun bakal memanggil Prabowo untuk memberikan klarifikasi. 

Mengenai hal itu, pengamat studi Eropa dari UGM, Muhadi Sugiono menilai proposal perdamaian yang disampaikan Prabowo dalam forum internasional tidak masuk akal dan tidak mempertimbangkan banyak aspek. 

Tinggalkan Brasil, Presiden Prabowo Lanjutkan Perjalanan ke Inggris

Prabowo

Photo :
  • 1486648

Salah satu usulan yang menjadi perhatian adalah mengenai referendum antara Ukraina dan Rusia. Menurut Muhadi, Ukraina tidak mungkin setuju karena merasa sebagai pihak yang diserang oleh Rusia. 

Dubes AS soal Kunjungan Prabowo ke Washington: Perkuat Komitmen Kemitraan Strategis

"Tidak masuk akal gitu, jadi seperti misalkan, contohnya negara tetangga kita menyerang satu wilayah kita, kemudian usulan perdamaiannya ya sudah Indonesia jangan menyerang, dan negara tetangga itu jangan menyerang. Kemudian wilayah yang diserang lakukan referendum. Kan gak masuk akal padahal itu wilayah Indonesia,” ujar Muhadi saat dihubungi, pada Rabu, 7 Juni 2023. 

Pengamat studi Eropa itu mengatakan Prabowo seharusnya mempertimbangkan situasi formal legal, kemudian aspek kepentingan politik hingga sejarah kedua negara. Sehingga, jika Indonesia ingin memainkan peran harus investasi lebih serius, misalnya dengan mengajak pihak bersengketa duduk bersama. 

“Persis seperti dulu, Jakarta informal meeting, konflik Indochina, Indonesia memainkan peran di sana, mengajak orang-orang yang terlibat konflik ada di situ,” ujarnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Muhadi berkata proposal Prabowo bisa dilihat dari dua hal. Pertama keinginan untuk menghentikan perang, hingga kekerasan yang berlangsung. Dari sisi tersebut tidak ada persoalan karena semua pihak menginginkan hal itu termasuk Ukraina dan Rusia.

Referendum bukan hal tepat

VIVA

Photo :
  • 1486623

Namun, yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara menghentikannya. Usulan seperti gencatan senjata, masing-masing negara mundur 15 km, menghadirkan pasukan PBB hingga referendum bukan hal yang tepat. 

“Ini yang bermasalah, karena antara Ukraina dan Rusia tidak sedang memperebutkan sebuah wilayah yang tidak berada di wilayah salah satu dari kedua belah pihak. Tapi Rusia yang ingin mengambil wilayah Ukraina,” tambahnya. 

“Jadi itu adalah kedaulatan wilayah Ukraina. Jadi kalau ingin bicara menghentikan perang dengan situasi yang sekarang tidak menguntungkan pihak Ukraina,” ujarnya. 

Muhadi juga menegaskan bahwa proposal yang ditawarkan oleh Prabowo tidak menguntungkan kedua pihak yang sedang berperang. 

“Untuk membedakan proposal itu bagus atau tidak, itu dilihat pada bagaimana ketika proposal kita itu kemudian memenuhi kepentingan atau hak dan kewajiban masing-masing negara itu. Dalam bentuknya sekarang proposal itu sepertinya tidak memperhitungkan hal itu. Nah ini jadi persoalan." 

Meski demikian, Muhadi enggan menduga proposal itu sebagai bentuk keberpihakan Prabowo terhadap Rusia. Namun, dia menyebut proposal tersebut wajar ditolak oleh Ukraina karena merugikan pihak Kiev. 

“Kita tidak bisa menyatakan kalau itu membela ke Rusia, tidak. Tapi bahwa proposal itu menguntungkan Rusia, iya. Jadi saya tidak membayangkan kita mengajukan proposal itu Prabowo ingin berpihak pada Rusia, tidak. Tapi konsekuensi dari isi proposal itu seolah-olah posisi Prabowo menguntungkan Rusia,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya