Sebelum Dieksekusi Mati, 3 Pria Iran Ini Tuliskan Pesan Mengharukan
- DW
VIVA – Pada hari Jumat 19 Mei 2023, Iran mengeksekusi tiga pria yang dihukum karena terlibat dalam kematian anggota pasukan keamanan selama protes yang dipicu oleh kematian Jina Mahsa Amini, kata pengadilan negara tersebut.
Majid Kazemi, Saleh Mirhashemi dan Saeed Yaghoubi dihukum karena "moharebeh," atau "perang melawan Tuhan," karena menarik senjata selama demonstrasi pada bulan November di pusat kota Isfahan, kata situs peradilan Mizan Online, melansir DW, Jumat, 19 Mei 2023.
Pihak berwenang mengatakan ketiga orang tersebut membunuh dua anggota pasukan paramiliter Basij dan seorang petugas penegak hukum tewas selama unjuk rasa. Ketiganya ditangkap tak lama kemudian dan dijatuhi hukuman mati pada bulan Januari.
Ketiganya didakwa dengan pelanggaran keamanan nasional.
Orang-orang itu juga didakwa dengan keanggotaan "kelompok ilegal dengan maksud mengganggu keamanan nasional dan kolusi yang mengarah pada kejahatan terhadap keamanan dalam negeri," kata Mizan Online.
Tercatat, bukti dan dokumen dalam kasus tersebut dan pernyataan jelas yang dibuat oleh terdakwa menunjukkan bahwa "penembakan yang dilakukan oleh ketiga orang ini menyebabkan tiga pasukan keamanan mati syahid."
Kelompok hak asasi mengatakan ketiganya menjadi sasaran penyiksaan, dipaksa untuk mengaku di televisi dan menolak proses hukum. "Penuntutan mengandalkan 'pengakuan' paksa, dan dakwaan itu penuh dengan kejanggalan yang mengungkapkan bahwa ini adalah kasus bermotivasi politik," kata Hadi Ghaemi, direktur eksekutif Pusat Hak Asasi Manusia di Iran yang berbasis di New York.
Departemen Luar Negeri AS pada hari Kamis sempat meminta Iran untuk tidak mengeksekusi ketiganya. Pada hari Rabu dua hari sebelum ketiganya dieksekusi mati, ketiga pria itu meminta dukungan publik dalam catatan tulisan tangan yang menyedihkan bertuliskan, "Jangan biarkan mereka membunuh kami."
Demonstrasi besar pecah beberapa kali pada pertengahan tahunnlalu dan awal tahun ini menyusul kematian Jina Mahsa Amini, seorang Kurdi Iran yang ditangkap oleh polisi moralitas Iran dalam tahanan.
Amini telah dituduh melanggar aturan berpakaian Islami yang ketat di Iran ketika dia ditahan pada bulan September. Pihak berwenang mengatakan wanita berusia 22 tahun itu meninggal karena serangan jantung, sementara saksi mata mengatakan dia dipukuli dengan kejam dan meninggal akibat kebrutalan polisi.
Protes dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan teokrasi yang telah memerintah Iran sejak Revolusi Islam 1979. Teheran melancarkan tindakan keras terhadap protes tersebut, yang disebutnya sebagai "kerusuhan" yang dihasut asing. Ribuan orang Iran ditangkap dan ratusan tewas termasuk puluhan pasukan keamanan.
Demonstrasi sebagian besar telah mereda, meskipun masih ada tindakan pembangkangan sporadis, termasuk penolakan sebagian perempuan untuk mengenakan jilbab wajib.
Kelompok HAM mengatakan Iran mengeksekusi hampir 600 orang pada 2022, naik dari 333 tahun sebelumnya. Lonjakan hukuman mati, termasuk tuduhan tidak jelas tentang "permusuhan terhadap Tuhan" dan "menyebarkan korupsi di bumi", telah banyak dikritik.