Mengenal Lawan Sengit Erdogan di Pemilu, Kemal Kilicdaroglu yang Dapat Julukan Gandhi Turki
- The Japan Times
VIVA Dunia – Pemilu Turki yang berlangsung pada 14 Mei 2023, menjadi sorotan dunia, bukan hanya karena peran negara itu dalam politik dunia, namun karena pemilu ini juga akan menentukan nasib Presiden Recep Tayyib Erdogan, yang telah berkuasa sejak 2003.
Erdogan saat ini menghadapi lawan sengitnya, Kemal Kilicdaroglu, yang memimpin aliansi enam partai dan dikenal sebagai Gandhi Turki.
Dua jajak pendapat pada Jumat, 12 Mei 2023, menunjukkan bahwa Kemal berada di atas ambang 50 persen suara, yang diperlukan untuk menang langsung menjadi presiden Turki. Namun, hasil penghitungan suara pada pemilu 14 Mei 2023 tak satu pun dari para calon presiden (capres) memenangkan lebih dari 50 persen suara, maka putaran kedua akan diadakan pada 28 Mei 2023.
“Saya menawarkan cinta dan rasa hormat saya yang paling tulus kepada semua warga negara saya yang pergi ke kotak suara dan memilih. Kami semua sangat merindukan demokrasi,” kata Kilicdaroglu kepada media yang berkumpul setelah pemungutan suara di ibu kota Ankara, dikutip dari The Indian Express, Selasa, 16 Mei 2023.
Lalu, siapa sebenarnya Kemal Kilicdaroglu, lawan sengit dari Erdogan?
Selama beberapa tahun terakhir, komentator menyebut Kilicdaroglu sebagai Mahatma Gandhi di Turki modern atau Gandhi Kemal. Panggilan tersebut diberikan karena penampilan Kemal mirip dengan Gandhi, kurus dan berkacamata.
Sama seperti Gandhi, gaya politik Kemal Kilicdaroglu adalah rendah hati. Partai Kilicdaroglu, CHP, adalah partai politik tertua di Turki, yang didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk, pendiri bangsa Turki modern.
Can Dundar, mantan editor surat kabar Turki Cumhuriyet yang tinggal di pengasingan di Jerman sejak 2016, menulis dalam sebuah artikel bahwa Kemal Kilicdaroglu mendapat julukan Gandhi setelah terpilih sebagai kepala CHP.
“Dengan menggunakan analogi Gandhi, beberapa orang membandingkan protes yang dilakukan Kemal dengan Salt March 1930, dari pemimpin India. March dan para pengikutnya berjalan sejauh 240 mil ke pantai laut untuk memprotes monopoli kolonial Inggris atas produksi dan penjualan garam,” tulis salah satu artikel pemberitaan.
Kemal Kilicdaroglu, sekarang berusia 75 tahun. Setelah pensiun menjadi Kepala Badan Jaminan Sosial Turki selama bertahun-tahun, Kemal akhirnya memasuki dunia politik.
Pria itu lahir pada tahun 1948 di kota Tunceli, Turki timur, dalam sebuah keluarga yang mengikuti keyakinan minoritas Alevi. Alevis adalah pengikut Haji Bektash Veli, seorang darwis Persia-Turki abad ke-13 yang mengajarkan bentuk Islam esoteris dan humanis.
Kilicdaroglu merupakan pakar ekonomi di Akademi Ekonomi dan Ilmu Komersial Ankara (sekarang Universitas Gazi), dan kemudian menduduki posisi teratas di lembaga ekonomi dan keuangan Turki baik di sektor pemerintah maupun swasta. Dia juga mengajar di Universitas Hacettepe di Ankara.