Makin Banyak Perempuan Tidak Pakai Hijab, Pemerintah Iran Pasang Reklame Wajib Hijab

Massa perempuan antihijab protes kematian Mahsa Amini di Turki
Sumber :
  • AP Photo

VIVA Dunia – Semakin banyak perempuan yang tidak mengenakan hijab, kini pemerintah Iran memasang papan reklame di seluruh ibu kota negara itu, dan menyatakan bahwa wanita harus mengenakan jilbab wajib untuk menghormati ibu mereka. Setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979, banyak wanita, baik tua maupun muda memilih untuk tidak mengenakan hijab. 

Kemenag Selenggarakan Forum Sharia Internasional yang Dihadiri 14 Negara, Ini yang Jadi Pembahasan

Pembangkangan terbuka semacam itu terjadi setelah protes berbulan-bulan atas kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada September 2022, dalam tahanan polisi moralitas negara itu. Amini tewas diduga karena mengenakan jilbabnya terlalu longgar. 

Sementara demonstrasi yang telah mereda, pilihan beberapa wanita untuk tidak menutupi rambut mereka di depan umum menimbulkan tantangan baru bagi pemerintah Iran. Penolakan perempuan juga menunjukkan perpecahan di Iran yang telah terselubung selama beberapa dekade. 

Anak Buah Irjen Karyoto Tangkap Penyelundup Sabu Asal Afghanistan di Dekat Kampung Ambon, Total Barang Bukti 389 Kg

Demonstrasi kematian gadis Iran Mahsa Amini

Photo :
  • AP Photo/Markus Schreiber

Pihak berwenang juga telah membuat ancaman hukum dan menutup beberapa bisnis yang melayani wanita yang tidak mengenakan jilbab. Polisi dan relawan mengeluarkan peringatan lisan di kereta bawah tanah, bandara, dan tempat umum lainnya. 

Menlu Iran Bantah Dubesnya Bertemu Elon Musk Diam-diam

Namun, analis di Iran memperingatkan bahwa pemerintah dapat menyalakan kembali perbedaan pendapat jika terlalu memaksakan diri. Protes meletus pada saat yang sulit bagi Republik Islam, yang saat ini berjuang dengan kesengsaraan ekonomi yang disebabkan oleh kebuntuannya dengan Barat atas program nuklirnya yang berkembang pesat. 

Beberapa wanita mengatakan mereka sudah muak dengan aturan pemerintah Iran, dan memilih untuk melanggar apa pun konsekuensinya. Mereka juga berjuang untuk lebih banyak kebebasan di Iran dan masa depan yang lebih baik untuk putri mereka.

“Apakah mereka (pemerintah Iran), ingin menutup semua bisnis?," kata Shervin, seorang siswa berusia 23 tahun, yang tidak mengenakan hijab, dikutip dari AP, Kamis, 11 Mei 2023. 

"Jika saya pergi ke kantor polisi, apakah mereka akan menutupnya juga?," 

Meski demikian, mereka tetap khawatir tentang risiko. Para wanita yang diwawancarai hanya memberikan nama depan mereka, karena takut akan akibatnya. 

Vida, wanuta berumur 29 tahun mengatakan keputusan dia dan dua temannya untuk tidak lagi menutupi rambut mereka di depan umum lebih dari sekedar jilbab. 

“Ini pesan untuk pemerintah, jangan ganggu kami,” ujarnya. 

Sebagai informasi, Iran dan tetangganya Afghanistan yang dikuasai Taliban adalah satu-satunya negara, di mana jilbab tetap wajib bagi perempuan. 

Sebelum protes meletus pada bulan September, sangat jarang melihat perempuan tanpa jilbab, meskipun beberapa kadang-kadang membiarkan jilbab mereka jatuh ke pundak mereka. Namun, saat ini, di beberapa daerah di Teheran sudah menjadi hal biasa untuk melihat wanita tanpa jilbab.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya