Milisi Bersenjata Myanmar Bantah Tembaki Konvoi ASEAN, Tuding Ulah Junta Militer
- ndtv.com
VIVA Dunia – Milisi bersenjata di Myanmar membantah sebagai pelaku penembakan konvoi diplomat ASEAN Coordinating Center for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) yang membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Myanmar di Kota Taunggyi, Negara Bagian Shan, Myanmar, pada Minggu, 7 Mei 2023.
Junta militer Myanmar menyalahkan "teroris" yang tidak disebutkan namanya atas insiden penembakan itu.
"Dikhawatirkan teroris menyerang konvoi kendaraan bermotor yang melakukan perjalanan dari Taunggyi ke Hsihseng untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada keluarga yang mengungsi sementara di desa Yay Phyu di sana," kata Kementerian Penerangan junta dalam sebuah pernyataan dilansir eurasiareview, Selasa, 9 Mei 2023.
"Ketika pasukan keamanan konvoi menanggapi serangan itu dan melepaskan tembakan, teroris mundur. Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut dan sebuah kendaraan keamanan terkena beberapa peluru kecil dari senjata ringan," sambungnya
Sementara itu, Kementerian Pertahanan untuk pemerintah sipil bayangan di Myanmar menegaskan pasukan pro-demokrasi tidak ada hubungannya dengan insiden itu.
Naing Htoo Aung, sekretaris Kementerian Pertahanan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), mengatakan kepada kantor berita NUG bahwa daerah itu dikendalikan oleh pasukan junta, PNO, dan milisi pro-junta.
Pasukan pemerintah bayangan Myanmar diklaim tidak dapat melakukan serangan seperti itu karena "lokasinya tidak strategis secara geografis," katanya
Seorang pejabat urusan militer Pa-O National Liberation Organization (PNLO), yang meminta namanya dirahasiakan karena alasan keamanan, mengatakan kepada RFA bahwa lima anggota PNLO melakukan penembakan, meskipun PNLO membantahnya.
"Insiden itu terjadi di area yang dikuasai PNLO kami. Mereka [anggota PNLO] menyerbu dan mulai menembak meskipun tidak ada masalah. Saya tidak tahu mengapa mereka menembak," kata pejabat PNO itu kepada RFA.
Pemimpin PNLO Khun Okkar mengatakan kepada RFA bahwa perjalanan tim AHA Center diatur oleh PNLO, berdasarkan diskusi kelompok tersebut dengan pejabat pusat tersebut pada akhir April.
"Beberapa pejabat PNLO juga ada di konvoi. Tidak mungkin PNLO menyerang pejabatnya sendiri," kata Khun Okkar.
Khun Okkar menduga bahwa elemen pro-junta mungkin berada di balik insiden tersebut.
"Karena mereka [junta] tidak dapat melakukannya sendiri, mereka mungkin meminta kelompok sekutunya untuk melakukan serangan untuk mereka. Itu dilakukan karena kecemburuan terhadap organisasi politik yang berusaha membantu rakyat," kata Khun Okkar.
RFA juga menelepon dan mengirim email ke kedutaan Indonesia dan Singapura di Yangon tentang kejadian tersebut tetapi tidak mendapat jawaban.
Pengiriman bantuan oleh AHA Center adalah bagian dari rencana ASEAN dalam lima poin yang disepakati pada April 2021, sebagai seruan negara-negara di ASEAN untuk penghentian kekerasan di Myanmar
Setelah kudeta militer menggulingkan pemerintah terpilih pada Februari tahun 2021 dan memicu pemberontakan nasional. Lebih dari 3.400 orang tewas sejak para jenderal merebut kekuasaan.
Konflik di Myanmar kemungkinan akan menjadi salah satu topik utama KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo, NTT, Indonesia. Tetapi pemimpin junta Myanmar, Jenderal Besar Min Aung Hlaing tidak diundang menghadiri pertemuan pemimpin negara-negara ASEAN tersebut.