Takut Terjadi Kerusuhan Pemerintah Terapkan Pembatasan Usai Mantan Anggota Parlemen India Dibunuh
- Media Lokal India
VIVA Dunia – Seorang mantan anggota parlemen India, ditembak mati bersama saudara laki-lakinya saat polisi mengawal mereka untuk pemeriksaan medis. Aksi pembunuhan itu juga dilakukan saat media melakukan siaran langsung, pada Sabtu, 15 April 2023.
Rekaman dramatis dari kedua orang yang terbunuh itu dibagikan di seluruh saluran siaran dan media sosial. Seorang pria bersenjata terlihat meraih bahu polisi untuk menodongkan pistol ke pelipis mantan anggota parlemen, Atiq Ahmed, yang turbannya terlepas saat senjata ditembakkan.
Saudaranya, Ashraf Ahmed, juga ditembak dan kedua korban tewas dalam beberapa menit. Sementara itu, polisi dengan cepat menahan tiga pria yang diduga melakukan pembunuhan tersebut.
Menurut laporan media, para penyerang menyamar sebagai jurnalis. Satu orang langsung menyerah setelah penembakan, sementara dua tersangka lainnya melarikan diri setelah penyerangan. Saat inu, polisi sedang memburu tersangka.
Mantan anggota parlemen India, yang diduga gembong organisasi kriminal lokal, dibawa, dan diborgol dari rumah sakit kota Prayagraj, di negara bagian utara Uttar Pradesh pada Sabtu malam.
Melansir dari CNN Internasional, Senin, 17 April 2023, usai melakukan pembunuhan, para tersangka bersenjata meneriakkan yel-yel agama Hindu. Seorang polisi juga terluka dalam serangan itu
Khawatir kemungkinan kerusuhan kekerasan setelah pembunuhan, pemerintah Uttar Pradesh melarang pertemuan lebih dari empat orang di seluruh negara bagian.
“Pemerintah negara bagian memberlakukan perintah pembatasan setelah pembunuhan Atiq Ahmed dan Ashraf Ahmed yang merupakan anggota mafia besar yang terlibat dalam perampasan tanah dan kasus pembunuhan,” kata seorang pejabat polisi senior.
"Kami tidak ingin segala bentuk protes mendapatkan momentum," sambungnya.
Pemerintah negara bagian, yang dikendalikan oleh partai nasionalis Hindu, Perdana Menteri Narendra Modi, telah memerintahkan penyelidikan yudisial atas pembunuhan tersebut.
Sebagai informasi, pekan lalu polisi menembak mati putra Atiq Ahmed di kota Jhansi. Dia dicari sehubungan dengan kasus pembunuhan yang sedang diselidiki. Polisi di Uttar Pradesh telah membunuh lebih dari 180 tersangka penjahat selama enam tahun terakhir.
Ketua oposisi Partai Samajwadi, mengatakan pembunuhan mantan anggota partainya saat berada dalam tahanan polisi menunjukkan kegagalan Partai Bharatiya Janata, yang berkuasa untuk menegakkan hukum dan ketertiban di Uttar Pradesh.
“Ketika seseorang bisa terbunuh dalam penembakan secara terbuka di tengah penjagaan keamanan polisi, lalu bagaimana dengan keselamatan masyarakat umum,” pungkas Akhilesh Yadav, ketua oposisi Partai Samajwadi.