Kesaksian Para Nelayan Saat Penyerangan Bom Asap PM Jepang: Kurangnya Keamanan Bagi Kishida
- Kyodo News via AP.
VIVA Dunia – Para nelayan yang menangani seorang tersangka penyerangan terhadap Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, blak-blakan mengatakan bahwa keamanan bagi PM Jepang itu dianggap tidak mumpuni.
Berbicara pada AP, Tsutomu Konishi menjelaskan kronologi serangan itu. Dia berbicara bahwa saat itu dirinya sedang menonton kampanye Kishida, di pelabuhan nelayan.
Saat itu, tiba-tiba saja sebuah benda terbang di atas kepalanya dan mendarat di dekat perdana menteri, kata Konishi.
"Seorang petugas keamanan menutupi benda itu dengan tas antipeluru," kata Konishi.
Dia juga menambahkan bahwa para nelayan mengerumuni penyerang tersebut.
"Saya tidak pernah menyangka kejahatan seperti ini akan terjadi di kampung halaman saya, yang merupakan daerah penangkapan ikan yang agak kecil,” ujarnya, dikutip dari AP, Senin, 17 April 2023.
“Saya masih kaget."
Perdana menteri tidak terluka, tetapi seperti banyak orang lain di Jepang, Konishi memikirkan apa yang harus dilakukan negara untuk melindungi tokoh masyarakat dengan lebih baik.
"Pada saat Perdana Menteri Jepang sedang berkunjung, mungkin seharusnya kami membutuhkan detektor logam,” kata Konishi.
Masaki Nishide, yang juga seorang nelayan berusia 55 tahun dari Saikazaki, mengatakan sebagian besar orang yang mendatangi acara kampanye Kishida, pada hari Sabtu, 15 April 2023, adalah penduduk dan pendukung kandidat lokal.
Namun, dia tidak menyangkal bahwa dirinya memang melihat pemuda yang membawa ransel abu-abu perak begitu mencurigakan.
“Semua orang di sini berpakaian seperti saya, dan tidak ada yang membawa ransel, hanya dia,” kata Nishide.
“Jika saya adalah petugas keamanan, saya akan mengecek tas (pria itu).”
Setelah serangan yang gagal terhadap perdana menteri, salah satu nelayan mencengkeram leher tersangka dari belakang, yang lain mendorong kepalanya ke bawah, dan Konishi mengunci kakinya.
Mereka menahan pria itu ketika petugas polisi melumpuhkannya ke tanah.
Adegan kacau itu mengingatkan pada pembunuhan mantan Perdana Menteri, Shinzo Abe sembilan bulan lalu, yang mendorong polisi untuk memperketat tindakan perlindungan, setelah penyelidikan menemukan celah dalam keamanan Abe.
Abe, salah satu politisi Jepang yang paling berpengaruh, dibunuh dengan senjata rakitan selama pidato kampanye.