Israel Batu Sandungan Perdamaian Dunia, Mahdi Raunak: Iran Berjuang Melalui Diplomasi

Tentara Israel menyemprotkan gas air mata ke warga Palestina di Kota Hawara, di Tepi Barat.
Sumber :
  • AP Photo/Maya Alleruzzo.

VIVA Dunia - Agresi militer Israel terhadap rakyat Palestina masih jadi sorotan dunia internasional. Intimidasi negara Zionis itu terus dilakukan berulang kali terutama saat Ramadhan 2023.

Respons Gencatan Senjata Lebanon-Israel, Hamas: Tak Ada Perdamaian hingga Palestina Terselesaikan

Demikian dibahas dalam seminar internasional bertema 'Membaca Israel dalam Lanskap Perdamaian Dunia' yang diinisiasi Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta. Duta Besar Iran, Mahdi Raunak, hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut. 

Mahdi menyoroti aksi serangan Israel terhadap rakyat Palestina di Masjid Al-Aqsha dan suporter Palestina.
Ia tegas mengecam agresi Israel.

PBB Desak Gencatan Senjata di Timur Tengah untuk Akhiri Penderitaan Warga Sipil

Menurut dia, pemerintah Iran selalu berusaha melakukan diplomasi politik untuk menghentikan intimidasi Israel terhadap Palestina.

"Dari tahun ke tahun Israel selalu melakukan kejahatan serupa (penyerangan bangsa Palestina). Kami selalu berupaya untuk berjuang melalui diplomasi dan politik kepada dunia internasional agar Israel menghentikan tindakannya," kata Mahdi, dalam keterangannya, Sabtu, 15 April 2023.

Lebanon-Israel Sepakat Akhiri Konflik, Komisi Eropa Sebut berkat "Berkurangnya Pengaruh Hizbullah"

Mahdi bilang setiap Jumat terakhir di bulan Ramadhan, Iran selalu mendedikasikan untuk rakyat Palestina.

"Sejak masa Ayatullah Khomeini, beliau menyerukan agar umat muslim di seluruh dunia serentak memperingati hari Al-Quds yang bertepatan dengan hari Jumat terakhir di bulan Ramadhan untuk membela rakyat Palestina," jelas Mahdi.

Duta Besar Iran, Mahdi Raunak (kanan)

Photo :
  • Istimewa

Pun, dia menyinggung terkait kembalinya hubungan Iran dan Arab Saudi akan memperkuat harmoni politik kawasan. Ia menyindir pihak barat yang mempolitisir dan mengadu domba antara Iran dengan Saudi.

Mahdi optimis Saudi lebih tertarik jalin persahabatan kembali dengan Iran ketimbang Israel. Dia menyebut negara-negara seperti Irak, Suriah, Yaman dan Lebanon terlibat konflik karena campur tangan Barat dan Amerika.

"Dengan persabatan Iran dan Saudi, kita berharap persatuan rakyat di kawasan Timur Tengah dapat terwujud tanpa intervensi pihak manapun," ujarnya.

Sementara, pakar Timur Tengah Dina Sulaeman menyampaikan konflik di Palestina gegera aksi Palestina menghambat perdamaian dunia. Bagi dia, Israel ibarat jadi batu sandungan untuk mewujudkan cita-cita perdamaian dunia.

"Israel menjadi batu sandungan yang sangat besar dalam cita-cita dunia damai. Semenjak PBB menetapkan Israel berdiri sebagai negara berdaulat di tanah Palestina, Barat memulai suatu drama ketidakadilan," tutur Dina.

Kemudian, ketua Ikatan Alumni Jamiah Al-Mustafa (IKMAL), Abdullah Beik mengatakan perundingan dengan Israel hingga saat ini belum memuaskan.

Dia mengatakan Israel selalu melanggar kesepakatan damai. Bahkan, Israel dalam melakukan agresi militer seolah dapat keleluasaan tanpa tersentuh hukum.

Menurut dia, perundingan terus dilakukan secara rutin tapi Palestina tak kunjung dapat kemerdekaannya.

"Israel justru menjadi negara yang diberi keleluasaan tanpa tersentuh hukum internasional ketika melakukan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina disertai kekerasan terhadap penduduk sipil," ujar Abdullah.

Abdullan menyebut tak ada tindakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas sikap Israel. Nihil sanksi tegas untuk kekejian Israel terhadap Palestina.

Adapun Shafinuddin Al-Mandari dari ICC selaku panitia menilai Zionis Israel bukanlah negara yang bertujuan ikut serta dalam perdamaian dunia. Dia bilang Israel ibarat duri dan penghalang paling besar untuk perdamaian dunia. 

Dia mengatakan negara-negara di dunia bisa menghentikan kekerasan di Palestina hanya dengan cara mendelegitimasi Israel.

Shafinuddin menambahkan proposal Solusi Dua Negara, yang mengakui Israel maupun Palestina sebaiknya dikembalikan kepada pendapat rakyat Palestina secara independen. 

"Jika saja rakyat Palestina tak menyetujuinya, maka PBB harus dapat menerima dengan kebesaran hati pengembalian seluruh wilayah Palestina yang diduduki Israel semenjak 1948," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya