Menhan Israel Kritik Larangan Warga Yahudi ke Al Aqsa, Sebut Sebagai Kesalahan Serius
- Instagram daarul_quran
VIVA Dunia – Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah mengumumkan secara resmi bahwa masyarakat Yahudi dilarang datang ke Masjid Al Aqsa selama 10 hari tersisa di bulan Ramadhan ini.
Pengumuman, yang dibuat pada Selasa 11 April 2023 waktu setempat, yang mendapat dukungan dari pejabat keamanan, namun, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir dengan tajam mengkritik keputusan tersebut, menggambarkannya sebagai "kesalahan serius" yang akan meningkatkan risiko ketegangan lebih lanjut, menurut laporan Times of Israel.
Larangan itu akan berlaku mulai hari Rabu, dan mengikuti kekerasan yang meluas baru-baru ini oleh pemukim Israel dan polisi.
Namun, ada desas-desus bahwa pemerintah garis keras baru Israel akan berbalik arah, dengan Ben-Gvir terus mendorong untuk mengizinkan orang Yahudi terus mengunjungi Masjid Al-Aqsa hingga akhir Ramadhan, terutama pada hari Rabu, hari terakhir Paskah.
Namun, keputusan itu sejalan dengan kebijakan lama Israel yang bertujuan mengurangi ketegangan selama masa liburan.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor PM Netanyahu, setelah konsultasi pada hari sebelumnya, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, Kepala Staf IDF Herzi Halevi, kepala Shin Bet Ronen Bar, dan Komisaris Polisi Kobi Shabtai dengan suara bulat merekomendasikan penutupan Gunung Kuil bagi orang Yahudi.
Namun, menurut Ben-Gvir, keputusan itu akan "menciptakan lahan subur untuk demonstrasi besar-besaran yang menghasut untuk membunuh orang Yahudi dan bahkan skenario di mana batu akan dilemparkan ke orang Yahudi yang beribadah di Tembok Barat."
Itamar Ben-Gvir adalah seorang pengacara dan politisi Israel, yang menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional. Dia juga anggota Knesset dan pemimpin Otzma Yehudit. Posisi politiknya digambarkan sebagai sayap kanan.
“Ketika terorisme menyerang kita, kita harus membalas dengan kekuatan yang luar biasa, bukan menyerah,” kata Gvir.
Tak sedikit yang berada di pihak Gvir namun banyak pula yang lebih menginginkan perdamaian.
Keputusan itu dibuat beberapa jam setelah Hamas mendesak warga Palestina untuk berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsa dalam jumlah besar dan tetap di sana selama 10 hari terakhir Ramadhan. Hamas juga memperingatkan Israel agar tidak terus membiarkan pengunjung Yahudi masuk dan menyerang jamaah Palestina.
Ratusan pemukim ekstremis Israel menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa pada dini hari tanggal 10 April dua hari berturut-turut. Menurut Departemen Wakaf Islam Palestina, para pemukim melakukan "tur dan ritual provokatif" di bawah perlindungan ketat polisi.
Beberapa jemaah Palestina, termasuk salah satu penjaga Al-Aqsa, diserang dan dipaksa pindah dari tempat suci umat Islam pada hari ke-19 Ramadhan.
Ketegangan telah memuncak di seluruh wilayah Palestina yang diduduki selama seminggu terakhir setelah pasukan kejutan Israel menyerbu sebuah ruang sholat di dalam Masjid Al-Aqsa pada tanggal 5 April dan dengan kasar menahan hampir 400 jemaah Palestina sebelum mengawal pemukim ekstremis Israel ke tanah suci.
Penggerebekan tersebut menyebabkan tanggapan langsung dari faksi perlawanan Palestina, yang menembakkan beberapa tembakan roket dari Gaza, Lebanon, dan Suriah ke arah permukiman Israel sebagai tanggapan.