Jadi Cover Playboy Hingga Dukung LGBT, Ini Profil Marlene Schiappa Menteri Prancis
- Melty
VIVA Dunia - Menteri Prancis, Marlene Schiappa tuai banyak kritikan setelah dirinya menjadi sampul majalah dewasa yaitu Playboy edisi bulan April.
Marlene Schiappa tampil sangat seksi di majalan playboy. Dirinya menggunakan pakaian berwarna putih dengan pose yang sangat seksi. Hal tersebut ketika wanita berusia 40 tahun itu diwawancarai mengenai hak perempuan dan LGBT.
Berikut beberapa fakta menarik Marlene Schiappa Menteri Prancis, dilansir berbagai sumber:
1. Profil Marlene Schiappa
Marlene Schiappa merupakan seorang penulis dan dan politisi asal Prancis. Ia lahir pada 18 November 1982. Kini ia menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di pemerintahan Presiden Emmanuel Macron sejak juli 2020. Sebelum menjadi menteri. Marlene Schiappa menjabat sebagai sekretaris Negara untuk Kesetaraan Gender di pemerintahan Perdana Menteri Edouard Philippe dari 2017 hingga 2020.
2. Marlene Schiappa Seorang Penulis
Jauh sebelum terjun ke bidang politik, Marlene Schiappa merupakan seorang penulis buka. Pada tahun 2008, ia mulai menulis di blog yang diberi nama Maman Travaille, blog tersebut khusus bagi perempuan pekerja. Selain ini, Marlene Schiappa telah menerbitkan sebanyak 28 novel.
3. Pendidikan
Setelah menyelesaikan bangku SMP nya, ia mulai melakukan perkuliahan di Universitas Grenoble dengan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Selain itu, ia juga pernah mendapatkan gelar dari Lycee Claude Bernard ketika Marlene Schiappa menempuh pendidikan selama satu tahun di bidang Geografi.
4. Pejuang Kesetaraan Gender
Marlene Schiappa merupakan pejuang kesetaraan gender. Hingga akhirnya ia diangkat menjadi Sekretaris Negara untuk Kesetaraan Gender pada tahun 2017. Sementara yang paling terbaru, ia bahkan membicarakan hak-hak perempuan serta LGBT.
5. Kontroversi Marlene Schiappa
Marlene Schiappa pernah memberikan pernyataan kontroversi terkait pelaku kekerasan seksual terhadap perempuan. Ia mengungkapkan jika pelakunya merupakan orang asing maka harus di deportasi. Namun pernyataan tersebut malah menimbulkan kritikan dari berbagai kalangan.