Mengerikan, Rentetan Teror Mutilasi Kucing Bikin Geger Jepang
- Pexels
VIVA Dunia – Serangkaian pembunuhan kucing menggegerkan sebuah kota di Jepang. Penemuan mengerikan pertama kali datang ketika seorang perempuan yang menemukan kepala dan cakar kucing yang terpenggal saat dia berjalan di sepanjang tepi Sungai Arakawa di Kota Saitama, Jepang.
Dilansir dari Firstpost, Selasa, 7 Maret 2023, beberapa hari kemudian, apa yang diyakini polisi adalah sisa tubuh kucing ditemukan di halaman sebuah sekolah dasar.
Dalam 10 hari, pada akhir Februari 2023, masyarakat telah menemukan dua lagi bangkai kucing yang dimutilasi, satu di lapangan dan satu lagi di pinggir jalan kota kecil.
Sekolah setempat meminta guru untuk mengantar anak-anak pulang dan menasihati mereka untuk berjalan dalam kelompok besar. Polisi telah meningkatkan patroli, menurut penyiar publik Jepang NHK.
Pembunuhan itu telah menimbulkan kenangan yang tidak nyaman di Saitama. Kota baru-baru ini memenjarakan seorang pembunuh kucing yang menyiksa beberapa hewan dan mengunggah video tindakannya secara online.
Mereka juga mengangkat kembali momok Pembunuhan anak-anak Kota Kobe pada tahun 1990-an. Ketika itu, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dengan riwayat bertindak kejam terhadap hewan dan membunuh dua anak, usia 10 dan 11 tahun, dan melukai tiga lainnya.
Seorang perempuan berusia 80-an mengatakan kepada NHK bahwa dia merasa "takut dan tidak nyaman" saat mendengar berita tentang pembunuhan kucing. Namun, kekhawatirannya melampaui kekhawatiran akan kesejahteraannya.
Selain teror mutilasi kucing, Saitama juga dihebohkan dengan kasus remaja yang diduga menikam guru di sebuah sekolah menengah pertama di dekat Tokyo.
Dikutip dari Japan Times, Selasa, 7 Maret 2023 remaja itu mengatakan kepada polisi bahwa dia ingin melihat "apa yang akan terjadi jika seseorang terbunuh", kata sumber investigasi pada Kamis, 2 Maret 2023.
Pria berusia 17 tahun itu juga mengatakan dia memilih untuk memasuki halaman SMP Misasa sekitar tengah hari karena akan ada sesi kelas pada waktu itu, menurut sumber tersebut. Ia memiliki setidaknya tiga pisau yang dimilikinya selama kejadian di Toda, Prefektur Saitama.
Remaja tersebut, seorang siswa sekolah menengah dari kota tetangga Saitama, tidak mengetahui guru yang telah dia serang. Namanya dirahasiakan karena masih di bawah umur.