Ini Isi Proposal 12 Poin yang Dibuat China Untuk Mendamaikan Rusia-Ukraina
- Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
VIVA Dunia – China telah membuat proposal dua belas (12) poin untuk memadamkan api perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama satu tahun, yang mungkin bisa jadi menyaksikan penggunaan senjata nuklir jika eskalasi berlanjut.
Perang telah memakan banyak korban dan kehancuran infrastruktur, khususnya di Ukraina. Melansir SBS, proposal dua belas poin China mungkin merupakan awal yang sangat baik untuk mengakhiri perang paling mematikan setelah Perang Dunia ke-2.
Berikut poin-poinnya:
1. Menghormati Kedaulatan Semua Negara
2. Meninggalkan Mentalitas Perang Dingin
3. Menghentikan Permusuhan
4. Melanjutkan Pembicaraan Damai
5. Penyelesaian Krisis Kemanusiaan
6. Melindungi Warga Sipil dan Tawanan Perang
7. Menjaga Keamanan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
8. Mengurangi Risiko Strategis
9. Memfasilitasi Ekspor Gabah
10. Menghentikan Sanksi Sepihak
11. Menjaga Industri dan Rantai Pasokan Tetap Stabil
12. Mempromosikan Rekonstruksi Pasca-Konflik
Sementara mengakui inisiatif China, Ukraina menyebut proposal itu bersifat "umum". Ada beberapa yang pihak Ukraina setujui namun ada beberapa poin yang harus dikaji lebih lanjut.
Namun, dampak “langsung” dari proposal tersebut adalah Presiden Zelensky secara terbuka menyatakan bahwa dia berharap untuk bertemu dengan Presiden Xi.
Dia menambahkan, bahwa dia berencana untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping tetapi tidak mengatakan kapan pertemuan seperti itu akan dilakukan. "Saya berencana untuk bertemu Xi Jinping dan percaya ini akan bermanfaat bagi negara kita dan keamanan dunia," kata Zelensky.
Berbeda dengan pernyataan Ukraina, Istana Kepresidenan Rusia Kremlin pada hari Senin mengakui proposal China untuk solusi politik di Ukraina tetapi mengatakan kondisi untuk penyelesaian konflik secara damai tidak ada untuk "saat ini".
"Kami sangat memperhatikan rencana teman-teman China kami," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Senin, menambahkan bahwa: "untuk saat ini, kami tidak melihat kondisi apa pun yang diperlukan untuk membawa keseluruhan cerita ini menuju perdamaian. "
China telah berusaha memposisikan dirinya sebagai pihak netral dalam konflik sambil mempertahankan hubungan dekat dengan sekutu strategis Rusia.