Pakistan Diduga Pasok Kebutuhan Militer Ukraina, Begini Tanggapan Islamabad
- Daily Times
VIVA Dunia – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Pakistan membantah klaim bahwa Islamabad memasok barang-barang militer ke Ukraina. Desas-desus keterlibatan Pakistan dalam konflik bersenjata itu telah tersebar dari beberapa bulan lalu.
Dilansir dari The News Internasional, Senin, 20 Februari 2023, ketika ditanya tentang laporan di media India bahwa Pakistan memasok "barang-barang pertahanan" ke Ukraina, juru bicara Kementerian Luar Negeri Mumtaz Zahra Baloch menyebut laporan itu "tidak akurat".
“Pakistan mempertahankan kebijakan non-intervensi dalam konflik militer. Pakistan hanya mengekspor stok pertahanan ke negara lain berdasarkan Penggunaan Akhir yang kuat dan tidak ada jaminan transfer ulang,” papar dia, berbicara dalam konferensi pers reguler pada Kamis, 16 Feberuari 2023.
Klaim keterlibatan Pakistan dalam konflik Ukraina telah beredar setidaknya sejak Agustus 2022 lalu, ketika gambar amunisi yang ditandai diproduksi di Pakistan muncul di media sosial.
Laporan media tentang dugaan klaim dari Pakistan ke zona konflik datang dari sejumlah outlet termasuk surat kabar Prancis Le Monde pada September, dan harian India The Economic Times bulan lalu.
Surat kabar India mengklaim Pakistan sedang bersiap-siap untuk pengiriman 159 kontainer peminjaman penarikan ke Polandia, yang ditawarkan ke Ukraina.
Laporan tersebut, berdasarkan sumber anonim, memberikan rincian pengiriman yang diklaim, termasuk nama kapal, tujuan yang dituju, dan isi kargo.
Surat kabar tersebut menyatakan sebelumnya Pakistan "memainkan peran penting dalam mentransfer senjata atas nama Inggris ke Ukraina" dan diharapkan menerima bantuan Ukraina dengan meningkatkan helikopter yang dirancang Soviet sebagai gantinya.
AS dan sekutunya telah menjual senjata ke Ukraina, berjanji terus membantu Kiev "selama diperlukan" untuk mengalahkan Rusia.
Menipisnya mempersiapkan militer Barat dengan cepat, khususnya peluru meriam, telah muncul sebagai masalah besar dengan bantuan program, seiring dengan konflik yang larut-larut.
Moskow menuduh AS menggalang pembicaraan damai untuk memperpanjang konflik. Rusia menilai strategi Washington hanya dapat menyebabkan lebih banyak kematian dan kehancuran, sementara tidak mengubah hasilnya.