Update Gempa Turki-Suriah: Korban Tewas Bertambah 23.831 Jiwa
- AP Photo/Francisco Seco
VIVA Dunia – Jumlah korban jiwa akibat gempa dahsyat yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari 2023 lalu terus bertambah. Dilansir CNN International, Sabtu, 11 Februari 2023, korban tewas telah mencapai setidaknya 23.831 jiwa, menurut pihak berwenang.
Korban tewas di Turki naik menjadi 20.318, dengan 80.052 dilaporkan cedera, menurut badan bencana negara itu.
Sedangkan di Suriah, total jumlah korban tewas sejauh ini mencapai 3.513, termasuk 2.166 kematian di daerah yang dikuasai pemberontak di barat laut negara itu, menurut organisasi sukarelawan Pertahanan Sipil Suriah.
Media pemerintah Suriah juga melaporkan 1.347 kematian di bagian Suriah yang dikuasai pemerintah.
Sebelumnya, Presiden Recep Tayyip Erdogan juga sempat menyerukan keadaan darurat selama tiga bulan, dan telah turun ke beberapa tempat penampungan di Kahramanmaras yang terkena dampak paling parah, di mana orang-orang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat gempa tersebut.
Dia mengakui adanya kekurangan dalam tanggapan atas bencana itu, tetapi dia juga bersumpah tidak akan meninggalkan warga Turki.
Negara-negara di seluruh dunia juga turut mengirim tim untuk membantu upaya penyelamatan, tetapi upaya penyelamatan mereka terhambat oleh suhu yang sangat dingin. Sejauh ini terjadi hampir 200 gempa susulan, yang membuat pencarian menjadi tidak stabil.
Di seberang provinsi Hatay, tepat di barat daya pusat gempa, para pejabat mengatakan sebanyak 1.500 bangunan hancur dan banyak orang melaporkan kerabat mereka terperangkap di bawah reruntuhan tanpa bantuan atau tim penyelamat tiba.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana dan Kedaruratan Turki (AFAD), gempa kali ini lebih mematikan ketimbang gempa lainnya di Turki pada 1999, yang saat itu dipicu oleh Sesar Anatolio Utara akibat pergerakan Lempeng Anatolia dan Lempeng Eurasia. Saat itu korban meninggal dunia mencapai 18.000 orang.
Tak saja melewati catatan-catatan gempa dahsyat lainnya termasuk gempa disertai tsunami di Jepang pada 2011 yang merenggut 18.400 nyawa manusia, gempa di Turki dan Suriah itu melampaui prediksi Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menaksir angka 20.000 meninggal dunia akibat gempa Turki-Suriah.
Jumlah yang sudah begitu banyak itu diperkirakan masih akan bertambah mengingat masih begitu banyak warga yang terperangkap di bawah reruntuhan bangunan yang ambruk akibat gempa.
Situasi ini membuat tim penyelamat dan SAR di Turki dan Suriah berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka yang masih bisa diselamatkan dan mengungsikan mereka yang nyawanya sudah tak bisa tertolong namun terimpit puing-puing bangunan.
Begitu dahsyatnya bencana ini sampai membuat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebutnya sebagai "bencana abad ini".
Bagaimana tidak mengerikan. Jika gempa di Cianjur pada November tahun lalu "hanya" menyapu wilayah dalam radius belasan kilometer, maka gempa yang terjadi di Turki dan Suriah mengguncang hebat wilayah sejauh 340-an km.
Jarak sepanjang itu setara dengan rentang lokasi dari London ke Paris, atau dari Jakarta ke Purwokerto, Jawa Tengah.
Berdasarkan laporan kantor berita AP, karena demikian luas ini, sekalipun tentara sudah dikerahkan untuk membantu upaya penyelamatan korban, tim SAR kesulitan memilih daerah yang mesti menjadi prioritas penyelamatan.