Sebelum Dibunuh,Umi Siapkan Pesta Perpisahan

Umi Southworth
Sumber :
  • Kentucky.com

VIVAnews - Teman-teman kantor Umi Southworth tadinya sudah bersiap dengan pesta perpisahan yang akan dia selenggarakan. Namun, perempuan asal Indonesia berusia 44 tahun itu telah "pergi" tanpa pamit.

Dorong Warga Beralih ke Transportasi Umum, Pramono Bakal Bangun Sistem Ride and Park Tiap 500 Meter di Jakarta

Umi menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit University of Kentucky, Kamis 10 Juni 2010, setelah sebelumnya ditemukan terluka parah. Polisi setempat menyatakan bahwa Umi dibunuh.

Peristiwa itu mengagetkan penduduk kota Lexington, negara bagian Kentucky, Amerika Serikat (AS). Pasalnya, menurut media setempat, kasus pembunuhan di kota itu tergolong langka.

Becky Turtle (56), yang telah tinggal di dekat rumah korban selama 25 tahun, mengaku sebelumnya tidak pernah terdengar ada kejahatan seperti itu di lingkungannya. "Hal-hal demikian belum pernah terjadi," kata Tuttle, seperti yang dikutip laman Kentucky.com. Polisi kini menyelidiki siapa pelaku pembunuhan, termasuk telah memeriksa suaminya, Don Southworth.

Sumber VIVAnews di Washington DC membenarkan bahwa Umi berasal dari Indonesia. Kampung halamannya di Banyuwangi, Jawa Timur. Bernama asli Umi Harir Sulistiyo, korban hijrah ke Negeri Paman Sam sekitar 12 tahun silam, setelah menikah dengan Don di Indonesia. Umi terakhir berprofesi sebagai akuntan di kantor restoran cepat saji ala Italia, Fazoli's, di Lexington. 

Sebelum peristiwa naas itu, Umi berencana menggelar pesta perpisahan. "Rencananya almarhumah akan pindah ke negara bagian lain," tutur sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu. Teman-temannya sudah menunggu, namun Umi tidak muncul. 

Dia juga tidak ada di rumah. Lalu kawan-kawan Umi melaporkan kejanggalan itu ke polisi, sampai akhirnya dia ditemukan babak belur di semak-semak di belakang rumahnya. Menurut dokter, Umi meninggal karena menderita kerusakan otak setelah mengalami luka parah di bagian kepala. Menurut penyelidikan sementara polisi setempat, dia dipukul oleh sebilah kayu besar.

Waktu kejadian perkara dan motifnya masih diselidiki. 

Peristiwa ini menimbulkan masalah tersendiri bagi kantor-kantor perwakilan diplomatik Indonesia di AS. Identitas korban belum dipastikan, apakah masih menjadi warga negara Indonesia (WNI) atau sudah berpindah menjadi warga Amerika. Ini penting untuk pengurusan administrasi dan bantuan kekonsuleran - termasuk bila ada rencana mengantar jenazah ke tanah air.

Menurut juru bicara Kementrian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC kini berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Chicago, yang wilayah operasinya mencakup Lexington, untuk mencari kejelasan atas status almarhumah.

Pasalnya, kantor perwakilan Indonesia di AS itu belum bisa memastikan apakah Umi sudah menjadi warga AS atau masih WNI. "Karena, nampaknya, almarhumah tidak pernah melaporkan diri dan tidak pernah terlibat dalam kegiatan [komunitas] Indonesia," kata Faizasyah dalam jawaban tertulis kepada VIVAnews, Sabtu 12 Juni 2010.

"Maka nama almarhumah pun tidak ada di basis data KJRI maupun di KBRI. Polisi minta agar KBRI DC dapat menghubungi mereka pada Sabtu pagi waktu Kentucky [malam WIB]," lanjut Faizasyah.

Masalah ini penting untuk pengurusan administrasi dan bantuan kekonsuleran - termasuk bila ada rencana mengantar jenazah ke tanah air. Padahal, menurut keluarga korban di Banyuwangi, Umi pernah minta untuk dimakamkan di kampung halaman di samping makam ayahnya.

Sementara itu, anaknya saat ini belum bisa dimintakan pendapat. Jika dimakamkan di AS, ada permintaan dari masyarakat agar almarhumah dapat dimakamkan secara Islami, bukan dikremasi seperti permintaan suaminya. 

Polisi di Lexington sampai saat ini masih melakukan penyidikan atas kasus itu, yang sudah masuk katagori homicide (pembunuhan). KBRI Washington dan KJRI Chicago juga terus berkoordinasi dengan Biro Investigasi Kepolisian Lexington.