Tak Pernah Lihat Matahari Selama di Penjara, Raja Kartel Narkoba El Chapo Minta Bantuan Presiden
- Anadolu Agency
VIVA Dunia – Raja narkoba terkenal Joaquin "El Chapo" Guzman telah meminta bantuan presiden Meksiko karena dugaan "siksaan psikologis" yang dideritanya di penjara Amerik Serikat, kata pengacaranya pada Selasa lalu.
"Dalam enam tahun Joaquin berada di penjara Amerika Serikat, dia belum pernah melihat matahari lagi," kata Jose Refugio Rodriguez, perwakilan hukum pendiri kartel Sinaloa yang berbasis di Meksiko. Pesan itu, digambarkan sebagai "SOS," dikirim melalui salah satu pengacara Guzman di Amerika Serikat serta keluarganya, kata Rodriguez.
Guzman hanya diizinkan keluar tiga kali seminggu ke daerah kecil di mana dia "tidak terkena sinar matahari", dan memiliki lebih sedikit kunjungan atau panggilan telepon daripada narapidana lain, kata pengacara itu dalam sebuah wawancara, melansir NDTV.Â
"Dia menderita siksaan psikologis," katanya, menambahkan bahwa kurangnya sinar matahari juga berdampak buruk bagi kesehatan fisik terpidana pengedar narkoba.Â
Guzman ingin Presiden Andres Manuel Lopez Obrador menangani dugaan pelanggaran prosedur selama ekstradisinya pada 2017 di bawah pemerintahan sebelumnya, tambah Rodriguez.
Kedutaan Meksiko di Washington mengkonfirmasi di Twitter pada hari Selasa bahwa mereka menerima email dari Rodriguez pada 10 Januari. Tanpa mengacu pada isi email tersebut, Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard meremehkan kemungkinan campur tangan pemerintah untuk mendukung pengedar narkoba yang terkenal kejam itu.
"Dia menjalani hukuman di sana, dia punya hukuman," katanya kepada wartawan. "Jadi, terus terang saya tidak melihat kemungkinan apa pun untuk dia, tapi saya akan meninjaunya dengan kantor kejaksaan."
El Chapo menjalani hukuman seumur hidup di Amerika Serikat setelah dinyatakan bersalah pada tahun 2019 atas dakwaan termasuk perdagangan narkoba, pencucian uang, dan pelanggaran terkait senjata.
Salah satu putranya, Ovidio Guzman, ditangkap oleh pasukan keamanan Meksiko bulan ini dalam operasi yang menewaskan 29 orang dan memicu baku tembak dramatis di bandara di kota Culiacan.