Eks Anggota Parlemen Afghanistan yang Tak Kenal Takut, Tewas Dibunuh di Rumahnya
- BBC Photo.
VIVA Dunia – Seorang mantan anggota parlemen Afghanistan dan pengawalnya ditembak mati di rumahnya di ibu kota Kabul. Hal itu diungkapkan oleh polisi Afghanistan.
Mursal Nabizada, adalah salah satu dari sedikit anggota parlemen perempuan yang masih tinggal di Kabul setelah Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021 lalu. Saudara laki-lakinya dan penjaga keamanan terluka dalam serangan pada hari Minggu, 15 Januari 2023.
Mantan rekan memuji Nabizada sebagai pejuang tak kenal takut untuk Afghanistan, dia juga menolak kesempatan untuk meninggalkan negara itu. Sejak Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021, perempuan telah disingkirkan dari hampir semua bidang kehidupan publik.
Melansir dari BBC Internasional, Senin, 16 Januari 2023, juru bicara Polisi Kabul, Khalid Zadran, mengatakan pasukan keamanan telah memulai penyelidikan serius atas insiden itu. Mantan anggota parlemen Mariam Solaimankhil mengatakan Nabizada adalah seorang perintis sejati, wanita yang kuat dan blak-blakan yang membela apa yang dia yakini, bahkan dalam menghadapi bahaya.
"Meski ditawari kesempatan untuk meninggalkan Afghanistan, dia memilih tetap tinggal dan berjuang untuk rakyatnya," tulis Mariam di Twitter.
Nabizada, dari provinsi timur Nangarhar, terpilih sebagai anggota parlemen dari Kabul pada tahun 2018 dan tetap berkuasa sampai pengambilalihan Taliban. Dia adalah anggota komisi pertahanan parlementer dan bekerja di Institut Pengembangan dan Penelitian Sumber Daya Manusia.
"Saya sedih dan marah dan ingin dunia tahu!, sebagai tanggapan atas pembunuhan itu. Dia terbunuh dalam kegelapan, tapi Taliban membangun sistem apartheid gender mereka di siang hari," kata Hannah Neumann, anggota Parlemen Eropa.
Abdullah Abdullah, seorang mantan pejabat tinggi di bekas pemerintah Afghanistan yang didukung Barat, mengatakan dia sedih dengan kematian Nabizada dan berharap para pelaku akan dihukum. Dia juga menggambarkannya wanita berumur 32 tahun itu sebagai perwakilan dan pelayan rakyat.
Banyak wanita yang memiliki pekerjaan profesional terkemuka di Afghanistan setelah invasi pimpinan Amerika Serikat (AS) dua dekade lalu, yang kemudian meninggalkan negara itu setelah Taliban kembali berkuasa.