Tampilkan Gambar Nabi Muhammad, Dosen di AS Dipecat

Ilustrasi guru mengajar.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Dunia – Hamline University di Minnesota, Amerika Serikat menimbulkan kontroversi baru-baru ini. Pasalnya seorang asisten profesor telah menunjukkan sebuah lukisan yang ia anggap sebagai gambar dari Nabi Muhammad kepada para mahasiswa selama kuliah. 

Deddy Sitorus PDIP Yakin Presiden Prabowo Tak Lakukan Pembredelan: Beliau Seorang Pecinta Seni

Atas aksinya, asisten yang bernama Erika Lopez Prater itu dipecat dari pekerjaannya seperti yang dilansir dari The Independent.

Lopez Prater sempat berdalih bahwa dirinya melakukan tindakan peringatan sebelum menunjukkan lukisan dari abad ke-14 di kelas sejarah seni global. 

Lukisan Yos Tak Dimasalahkan Ketika Dipasang, Tetapi Malah Dipersoalkan Belakangan

Ilustrasi lukisan dinding

Photo :
  • Pixabay

Ia menyebut telah memperingatkan dalam silabusnya bahwa gambar tokoh suci termasuk nabi dan Buddha akan ditampilkan dalam kelas tersebut.

Sosiolog UI Sebut Lukisan Yos Suprapto Tak Melanggar Etika dan Relevan dengan Isu Pangan

Selain itu, Lopez Prater meminta siswa untuk menghubunginya jika ada masalah dan mengatakan tidak ada yang melakukannya. 

Sebelum menunjukkan gambar di kelas, Lopez Prater memperingatkan siswa bahwa lukisan akan dipajang dalam waktu beberapa menit jika ada siswa yang tidak bersedia dan ingin meninggalkan ruangan. 

Ia juga memamerkan gambar kedua dari abad ke-16 yang memperlihatkan seorang nabi mengenakan kerudung. Dianggap materi ajarannya kontroversial, Lopez Prater dibebastugaskan dari posisi mengajarnya.

“Saya tidak ingin menyajikan seni Islam sebagai sesuatu yang monolitik,” kata Lopez Prater.

Lopez Prater mengaku telah diperlihatkan gambar tersebut saat dirinya menjadi mahasiswa pascasarjana. 

Umat Muslim menganggap penggambaran Nabi Muhammad bertentangan dengan Islam. Seorang senior di kelas mengadu ke administrasi universitas. Pengadu yang bernama Aram Wedatalla mengatakan kepada surat kabar kampus pada bulan Desember bahwa ia merasa tidak dihargai.

“Saya seperti, ‘ini tidak mungkin nyata’,” tutur Wedatalla yang dalam forum publik menyatakan dirinya sebagai orang Sudan.

“Sebagai seorang Muslim dan orang kulit hitam, saya tidak merasa bagian dari diri saya, dan saya rasa saya tidak akan pernah menjadi bagian dari komunitas di mana mereka tidak menghargai saya sebagai pemeluknya dan mereka tidak menunjukkan rasa hormat yang sama seperti yang saya tunjukkan,” ungkapnya.

Keluhan tersebut didukung oleh siswa Muslim lainnya yang tidak mengikuti kursus tapi menuntut tindakan dan mengutarakan bahwa kelas tersebut merupakan serangan terhadap agama.

Fayneese S. Miller selaku rektor universitas membela keputusan pemecatan Lopez Prater dalam sebuah pernyataan.

“Melihat gambar Nabi Muhammad, bagi banyak Muslim, bertentangan dengan iman mereka. Penting bagi siswa Muslim kami, serta semua siswa lainnya, merasa aman, didukung, dan dihormati baik di dalam maupun di luar ruang kelas kami,” ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya