Xi Jinping Dikritik Sudah Tak Lagi Mampu Tangani COVID-19 di China

Aktivitas analis tes COVID-19 di Beijing, China.
Sumber :
  • AP Photo/Mark Schiefelbein

VIVA Dunia - China dilaporkan kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19. Tingginya penyebaran kasus COVID-19 dinilai jadi ancaman kematian yang mesti dihadapi rakyat China.

Impor Ilegal Dituding Jadi Biang Kerok PHK Ratusan Ribu Buruh Tekstil, Wamenaker Buka Suara

Hal itu disorot Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (PII) yang menilai kebijakan zerro COVID-19 yang diambil Presiden China Xi Jinping gagal total.

Wakil Bendahara DPP PII, Furqan Raka menilai ibarat pepatah ‘buah simalakama’ karena pencabutan pembatasan aktivitas rakyat China. Dia mengatakan demikian karena awalnya pembatasan aktivitas sangat ketat namun akhirnya dilonggarkan pemerintah China.

Film Indonesia Mencuri Perhatian di Hainan Island International Film Festival di China

Dia menyinggung adanya prediksi sejumlah ahli potensi ledakan kasus kematian lebih dari satu juta orang selama 2023. Apalagi, dalam waktu dekat hitungan pekan, rakyat China juga akan menjalani liburan Tahun Baru China atau Imlek. Ada kekhawatiran lonjakan enfeksi.

Demonstran protes anti pembatasan Covid-19 di Konsulat China di New York.

Photo :
  • AP Photo/John Minchillo
Angka Kematian Ibu dan Bayi Tinggi, Ini Dua Faktor Utama Penyebabnya

Furqan menyebut kebijakan salah yang diambil Presiden Xi Jinping. Maka itu, ia mendorong negara-negara dunia termasuk Indonesia bisa mendesak China agar mau membuka diri dan menerima bantuan dalam penanganan COVID-19.

“Prediksi tingginya angka kematian rakyat China ini cukup akurat karena diperoleh dari hasil riset dan kajian Institute of Health Metrics and Evaluation (IHME) yang berbasis di Amerika Serikat,” kata Furqan, dalam keterangannya, Jumat, 6 Januari 2023.

Dia mengutip data Direktur IHME, Christopher Murray, terkait prakiraam puncak kematian di China akibat Covid-19 mencapai puncaknya sekitar 1 April di angka 322.000 orang. Lalu, saat itu sekitar sepertiga populasi China akan terinfeksi.

Pun, menurutnya ada pakar lain yang memperkirakan sekitar 60 persen populasi China pada akhirnya berpotensi terinfeksi. Kata dia, dari prakiraan itu puncaknya awal 2023.

“Anehnya, Beijing tetap menolak bantuan negara dunia khsususnya vaksin yang lebih ampuh ketimbang buatan China, untuk menyelamatkan nyawa warga China," jelas Furqan.

Presiden China Xi Jinping (kiri)

Photo :
  • AP Photo/Kin Cheung, File

Furqan juga heran dengan kebijakan salah yang diambil Xi Jinping berdampak terhadap sektor perekonomian China. Ia mengatakan demikian karena menurunnya produk domestik bruto (PDB) China yang kian merosot selama kebijakan zerro COVID-19 yang di berlakukan di semua wilayah negara.

“Lihat saja produk domestik bruto (PDB) Tiongkok sudah menyusut 2,6 persen. Dan, rekor pengangguran naik menjadi 20 persen akibat kebijakan malapetaka Xi Jinping,” tutur Furqan.

Maka itu, PII mengimbau agar negara di dunia termasuk Indonesia bisa bersatu padu menyelamatkan rakyat China dari ancaman kematian yang berada di hadapan mereka.

“Jelas Xi Jinping dan kroni-kroninya di Partai Komunis sudah tak lagi mampu menangani masalah Covid-19 di China,” jelas Furqan.

Menurut dia, sebagai kalangan pelajar, pihaknya ingin menyerukan keselamatan para pelajar China yang mungkin saat ini dilanda kecemasan.

“Mari kita selamatkan rakyat, khususnya kolega kami, para pelajar China yang saat ini mungkin bingung melihat ketidakberdayaan Xi Jinping," tutur Furqan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya