Junta Militer Myanmar Bebaskan 7.000 Tahanan, Termasuk Tahanan Politik
- AP Photo/Aung Shine Oo.
VIVA Dunia – Junta militer Myanmar mengampuni lebih dari 7.000 tahanan, termasuk beberapa tahanan politik, pada Hari Peringatan 75 tahun Kemerdekaannya dari Inggris, Rabu 4 Januari 2023. Junta juga mengumumkan merinci rencana pemilihan akhir tahun ini.
Jenderal Senior Min Aung Hlaing mendesak negara-negara lain dan organisasi internasional, serta rakyat negaranya sendiri, untuk mendukung "sistem demokrasi multipartai yang murni dan disiplin," sebuah konsep yang didefinisikan oleh militer sebagai tujuan pemerintahannya, sejak menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.Â
Kudeta militer pada Februari 2021 memicu kemunduran demokrasi selama satu dekade di negara yang telah selama 50 tahun dikuasai pemerintahan militer. Junta militer telah memenjarakan tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi selama 33 tahun atas sejumlah tuduhan termasuk korupsi, penghasutan, dan melanggar pembatasan COVID-19.
Melansir AP, Kamis 5 Januari 2023, rencana pemilihan umum secara luas dilihat sebagai upaya untuk menormalkan perebutan kekuasaan oleh militer melalui kotak suara, dan memberikan hasil yang memastikan para jenderal tetap memegang kendali. Militer akan mengontrol seluruh proses pemerintahan, dan telah menghabiskan dua tahun terakhir melemahkan oposisi.
Sejumlah laporan melansir bahwa banyak orang telah dibebaskan, termasuk mantan menteri agama dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Thura Aung Ko.
Militer Burma, yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Tatmadaw, melakukan kudeta pada Februari 2021, yang kemudian menimbulkan kerusuhan di mana-mana. Junta menekan aksi protes dengan kekerasan, meski PBB memperingatkan bahwa negara itu telah terjebak ke dalam perang sipil.
Kantor HAM PBB mengungkapkan bahwa 2.316 orang, termasuk 188 anak, tewas di Myanmar sejak militer merebut kekuasaan. Sementara itu, ribuan orang lainnya dijebloskan ke penjara, termasuk pemimpin NLD Aung San Suu Kyi yang divonis 33 tahun penjara.
Saat Tahun Baru, pemimpin junta Min Aung Hlaing memberikan "penghargaan nasional bergengsi" kepada para pendahulunya dan biksu Buddha U Wirathu, yang dijuluki sebagai "wajah teror Buddha". Mereka yang juga mendapat penghargaan itu di antaranya adalah diktator pascakemerdekaan pertama Myanmar Jenderal Ne Win dan para pendahulunya, yaitu Jenderal Sein Lwin dan Jenderal Senior Saw Maung.