Eks Jenderal NATO Ungkap Situasi yang Bakal Buat Ukraina-Rusia Mau Berdamai
- AP Photo/Renata Brito.
VIVA Dunia – Mantan jenderal NATO, Hans Lothar Domrose, telah mengidentifikasi situasi yang memungkinkan adanya kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, serta mulai melakukan negosiasi untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari 10 bulan.
Domrose, seorang perwira militer Jerman yang menjabat sebagai letnan jenderal NATO, mengatakan dia yakin kedua belah pihak dapat menyetujui gencatan senjata di beberapa titik pada tahun 2023. Dia juga menambahkan bahwa negosiasi dapat berlangsung jauh setelah gencatan senjata awal.
Dia menjelaskan gencatan senjata akan terjadi ketika kedua belah pihak mengerti bahwa mereka tidak mengalami kemajuan apapun dalam perang tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah meluncurkan invasinya ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Tindakan itu tentu dicegah dalam upaya pertahanan Ukraina yang lebih kuat dari yang dibayangkan, karena mendapat dukungan oleh bantuan militer Barat.
Saat perang berkecamuk, bagaimana perang itu akan berakhir masih belum pasti, karena tidak ada pihak yang menyetujui persyaratan untuk menengahi kesepakatan damai
Berbicara kepada Ukrainska Pravda, yang merupakan surat kabar online Ukraina, Domrose berkata, "Saya mengharapkan gencatan senjata di awal musim panas, ketika kedua belah pihak akan berkata: 'Sekarang tidak masuk akal lagi.' Gencatan senjata akan datang sekitar tahun 2023."
Namun, gencatan senjata semacam itu hanya akan menghentikan aksi militer, yang telah menyebabkan ribuan tentara dari kedua belah pihak, serta warga sipil Ukraina, tewas. Negosiasi untuk mengakhiri perang akan memakan waktu lebih lama, menurut Domrose.
"Gencatan senjata berarti kita berhenti menembak. Negosiasi mungkin akan memakan waktu lama. Anda membutuhkan mediator," katanya, dikutip dari Newsweek, Selasa, 3 Januari 2023.
"Mungkin Sekretaris Jenderal PBB Guterres, Presiden Turki Erdogan atau Perdana Menteri India Modi, meskipun tidak ada yang benar-benar memaksakan diri."
Dia mengatakan bahwa negosiasi untuk mengakhiri perang bisa jadi sulit, karena baik Putin maupun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah membuat daftar tuntutan yang belum mereka setujui masing-masing.
Gencatan senjata dapat dimungkinkan jika Zelensky menyetujui masa transisi untuk mengintegrasikan kembali wilayah pendudukan seperti Krimea, yang dianeksasi pada tahun 2014 dan berada di bawah kendali Rusia, kembali ke Ukraina, kata Domrose.
Tidak akan Berubah
Margarita Balmaceda, seorang profesor diplomasi dan hubungan internasional di Universitas Seton Hall, mengatakan kepada Newsweek bahwa dia yakin tidak ada yang akan berubah sampai para pemangku kepentingan Rusia memahami betapa destruktifnya perang ini di dalam Rusia.
"Ketika itu terjadi, akan ada tekanan pada Tuan Putin untuk terlibat dalam diskusi nyata dengan masyarakat internasional, dengan Ukraina," katanya.
"Tapi sampai itu terjadi, saya tidak mengharapkan komitmen serius Rusia yang nyata untuk setiap negosiasi nyata yang akan menghasilkan gencatan senjata yang lebih serius."
Ada tanda-tanda beberapa pemimpin Rusia menyadari perjuangan mereka, kata Balmaceda.
Balmaceda juga memperingatkan bahwa menyesatkan jika mengatakan gencatan senjata sama dengan proses perdamaian serius yang akan mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina.
“Banyak hal yang kita lihat pada tahun 2022, menurut saya, adalah hasil dari 'gencatan senjata' tahun 2014, 2015 di mana Rusia dapat mengambil kendali wilayah Ukraina di Krimea, beberapa bagian dari Donetsk, Luhansk—berkumpul kembali dan kemudian menyerang lagi," katanya.
"Jadi menurut saya penting untuk membedakan antara gencatan senjata dan proses perdamaian yang lebih serius," pungkasnya.