200 Lebih Imiran Rohingya Terdampar di Aceh, Sebulan Terombang-ambing di Tengah Laut

Imigran Rohingya terdampak di Aceh
Sumber :
  • Bakamla

VIVA Dunia – 232 imigran Rohingya selamat mencapai pantai di barat laut Indonesia selama beberapa hari terakhir, setelah mereka melakukan perjalanan di laut yang berisiko untuk melarikan diri dari kamp pengungsi Bangladesh, beberapa minggu lalu. Hal tersebut disampaikan oleh badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), pada Selasa, 27 Desember 2022.

Usai Ditolak di Aceh Selatan, Kondisi Pengungsi Rohingya Terkatung-katung di Banda Aceh

Badan tersebut mengatakan para nelayan Indonesia dan otoritas lokal menyelamatkan dan menurunkan dua kelompok orang Rohingya, pada 25-26 Desember 2022. Melansir dari The Sundaily, Kamis, 29 Desember 2022, mayoritas yang diselamatkan adalah wanita dan anak-anak.

“UNHCR, Badan Pengungsi PBB, lega melihat lebih dari 200 orang yang putus diselamatkan di Indonesia barat laut selama beberapa hari terakhir. Banyak di antara mereka diyakini telah terapung-apung setidaknya selama sebulan, tanpa bantuan apa pun sebelum diselamatkan,” katanya dalam pernyataan tertulis.

Seorang Warga Myanmar Ditangkap Terkait Penyelundupan Rohingya ke Aceh

“Kami menyambut baik tindakan kemanusiaan ini oleh masyarakat lokal dan pihak berwenang di Indonesia,” kata Ann Maymann, perwakilan UNHCR di Indonesia.

Sejumlah imigran Rohingya mendapat perawatan medis di Pidie, Aceh, Senin, 26 Desember 2022.

Photo :
  • ANTARA
Waduh! Warga Aceh yang Terseret Penyelundupan Rohingya Raup Untung hingga Rp128 Juta dari Agen

Mengutip perkataan salah satu orang Rohingya yang diselamatkan, UNHCR mengatakan 26 orang tewas selama perjalanan panjang karena kondisi yang memprihatinkan di atas kapal.

Mereka yang diselamatkan karena kelelahan dan mengalami dehidrasi setelah sebulan terapung-apung di laut regional.

Sementara itu, UNHCR mengatakan sedang merawat mereka yang diselamatkan, bersama dengan otoritas lokal dan staf mitra kemanusiaan, karena banyak yang memerlukan perhatian medis agar kondisi mereka stabil.

Berbicara kepada Anadolu Agency, para pengungsi Rohingya yang tinggal di tenda-tenda darurat yang kumuh di Bangladesh mengatakan rasa frustrasi mendorong mereka untuk mengambil tindakan ekstrem, yang mempertaruhkan nyawa mereka.

"Kami di sini dianggap sebagai warga negara Myanmar yang terpaksa mengungsi tanpa status pengungsi apapun. Anak-anak kita dibesarkan tanpa pendidikan yang layak. Di lingkungan yang terbatas di Bangladesh ini, kami takut menjadi generasi yang hilang dalam waktu dekat,” kata Amir Ali, seorang pemuda berpendidikan dari Rohingya.

Dia juga mengatakan tidak ada lampu hijau untuk pemulangan Rohingya secara damai dan bermartabat ke negara bagian Rakhine Myanmar dalam waktu dekat. "Jadi bagaimana kita bisa menunggu hanya untuk menjadi bagian dari negara tanpa pemimpin?”

Menurut UNHCR, lebih dari 2.000 orang dilaporkan telah melakukan perjalanan laut yang berisiko di Laut Andaman dan Teluk Benggala tahun ini dan hampir 200 orang dilaporkan meninggal.

Badan pengungsi juga mengatakan menerima laporan yang belum dikonfirmasi bahwa kapal lain dengan sekitar 180 orang di dalamnya masih hilang, dengan semua penumpang diyakini tewas.

Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta Rohingya di 33 kamp sempit di distrik perbatasan selatan Cox's Bazar, karena kebanyakan dari mereka melarikan diri dari penumpasan brutal militer di Myanmar, yang terjadi sejak 2017.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya