Pesan Natal Paus Fransiskus: Dunia Rakus Kekuasaan, Lapar Kedamaian

Paus Fransiskus menyampaikan berkat Natal di Basilika Santo Petrus di Vatikan
Sumber :
  • AP Photo/Gregorio Borgia

VIVA Dunia – Paus Fransiskus di malam Misa Natal, menegur orang-orang yang rakus akan kekayaan dan kekuasaan karena mengorbankan orang yang rentan, termasuk anak-anak. Dia juga mengecam perang yang masih terjadi di dunia. 

PM Pakistan Sebut Agresi Israel di Gaza Tak Tertandingi dalam Sejarah Dunia

Dalam kemegahan Basilika Santo Petrus, Fransiskus memimpin Misa malam yang dihadiri oleh sekitar 7.000 umat, termasuk turis dan peziarah, yang berduyun-duyun ke gereja pada malam Natal.

Fransiskus mengajak umat menarik pelajaran dari kerendahan hati dari kehidupan Yesus di palungan.

Sekjen PBB Tegaskan Keberadaan UNRWA di Palestina Tak Tergantikan meski Dilarang Israel

"Sementara Yesus lahir di kandang hewan, pria dan wanita di dunia kita malah kelaparan akan kekayaan dan kekuasaan, bahkan memakan tetangga mereka, saudara laki-laki dan perempuan mereka," keluh Paus, dikutip dari AP, Senin, 26 Desember 2022.

"Berapa banyak perang yang telah kita lihat! Dan di berapa banyak tempat, bahkan hari ini, martabat dan kebebasan manusia diperlakukan dengan hina! Seperti biasa, korban utama dari keserakahan manusia ini adalah yang lemah dan rentan," lanjutnya

Kepala Dewan Nasional Palestina Sebut Israel Bertujuan Usir Warga Palestina dari Tanah Mereka

Paus Fransiskus menyampaikan berkat Natal di Basilika Santo Petrus di Vatikan

Photo :
  • AP Photo/Gregorio Borgia

Paus mengajak umat menatap wajah saudara-saudara mereka di Ukraina, dan di belahan dunia lainnya yang hidup di tengah perang dan konflik berkepanjangan. Di Ukraina, mereka sudah 10 bulan lamanya hidup dalam perang, dan sekarang mereka melewatkan Natal dengan kegelapan dan dingin.

Di belahan dunia lainnya, orang-orang mengalami kehancuran hidup, seperti di Suriah, Myanmar, Iran, Haiti, dan wilayah Sahel Afrika. Mereka haus dan kelaparan, tidak saja karena tidak ada makanan-minuman tapi juga perdamaian. "Saat ini kita sedang mengalami kelaparan besar akan kedamaian," ujarnya.

"Saya pikir semua anak-anak dilahap oleh perang, kemiskinan dan ketidakadilan,"

Meski begitu, Paus mengimbau orang-orang "Jangan biarkan diri Anda dikuasai oleh rasa takut, pasrah atau putus asa," ujarnya 

Menurutnya, Yesus berbaring di palungan, menunjukkan di mana kekayaan sejati dalam hidup dapat ditemukan bukan dalam uang dan kekuasaan, tetapi dalam hubungan dan pribadi.

"Natal ini juga, seperti dalam kasus Yesus, dunia yang rakus akan uang, kekuasaan, dan kesenangan tidak memberi ruang bagi anak-anak kecil, begitu banyak anak yang belum lahir, miskin, dan terlupakan," kata paus saat membacakan homilinya dengan suara yang terdengar lelah dan hampir serak.

  • Paus Fransiskus doakan para korban Tragedi Kanjuruhan

    Photo :
    • vaticannews.com
     

Meski demikian, Natal memusatkan perhatian pada masalah kemanusiaan, ketidakpedulian yang dihasilkan oleh keserakahan untuk memiliki dan mengkonsumsi sesuatu.

"Yesus lahir miskin, hidup miskin dan mati miskin,” kata Fransiskus. "Dia tidak terlalu banyak berbicara tentang kemiskinan tetapi menjalaninya, sampai akhir, demi kita."

Fransiskus mendesak orang-orang untuk tidak membiarkan Natal ini berlalu tanpa melakukan sesuatu yang baik.

Ketika Misa berakhir, Paus didorong di kursi roda oleh seorang ajudan, turun ke basilika dengan patung bayi Yesus seukuran aslinya di pangkuannya dan diapit oleh beberapa anak yang membawa karangan bunga.

Patung itu kemudian ditempatkan di palungan di tempat penitipan bayi di basilika.

Secara tradisional, umat Katolik menandai Malam Natal dengan menghadiri Misa pada tengah malam.  

Selama kebaktian pada Sabtu malam, paduan suara menyanyikan himne. Gugusan tanaman poinsettia merah dalam pot di dekat altar kontras dengan jubah paus yang berwarna krem.

Pada hari Minggu, puluhan ribu orang Romawi, turis, dan peziarah memadati Lapangan Santo Petrus untuk mendengarkan pidato Paus Fransiskus tentang masalah dunia.

Pidato, yang dikenal dalam bahasa Latin sebagai “Urbi et Orbi” (ke kota dan dunia), umumnya merupakan kesempatan untuk meninjau kembali krisis termasuk perang, penganiayaan dan kelaparan, di banyak bagian dunia.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya