Masih Ada Keraguan terhadap Vaksin COVID-19 di China

Ilustrasi vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Pexels/Maksim Goncharenok

VIVA Dunia – China memang sudah melonggarkan beberapa aturan terkait COVID-19 seperti dibukanya pintu perbatasan antardaerah, pengujian masal PCR tidak lagi diwajibkan, serta berakhirnya lockdown skala besar. 

Viral Video RS di China Kewalahan Atasi Pasien, Benarkah karena Wabah Human Metapneumovirus? 

Walaupun begitu, ada beberapa warga China yang masih tak percaya dengan efektivitas vaksin. Dilansir dari Channel News Asia, seorang wanita bernama Candice mengaku tak mau menyuntik dirinya dengan vaksin booster dan mengatakan bahwa ia lebih takut akan potensi efek samping vaksin daripada virus.

Wanita berusia 28 tahun itu telah mendapatkan dua dosis Sinovac tahun lalu, berharap akan membuat perjalanan lebih mudah, tapi sejak itu ia malah semakin skeptis lantaran mengetahui cerita dari teman tentang dampak kesehatan serta peringatan kesehatan di media sosial.

China Diserang Virus Baru HMPV yang Menyebar Cepat, Bakal Sama Seperti COVID-19?

Ilustrasi seorang tenaga medis memperlihatkan dosis vaksin COVID-19 buatan Sinovac.

Photo :
  • tvOne/Teguh Sutrisno

“Saya tidak mempercayainya,” kata Candice. Ia menyatakan menolak berpartisipasi dalam kampanye vaksin baru-baru ini yang diselenggarakan oleh komunikasi lokalnya. 

China Battles Human Metapneumovirus: What You Need to Know

Candice adalah bagian dari kelompok yang menunjukkan keraguan vaksin masih berjalan di China sehingga menimbulkan masalah bagi negara. Padahal Beijing mencoba membujuk lebih banyak penduduk untuk divaksin guna menghadapi lonjakan infeksi setelah pelonggaran aturan.

Secara resmi, tingkat vaksinasi China sudah di atas 90 persen tapi tingkat vaksinasi orang dewasa turun menjadi 57,9 persen. Sementara orang dewasa 80 tahun ke atas menjadi 42,3 persen. 

Pada bulan September, sebuah artikel yang dipublikasikan di bawah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC) mengakui cakupan orang dewasa yang lebih tua buruk karena tidak adanya dokter lokal yang menggerakan vaksin, pemahaman medis payah, dan kurangnya asuransi untuk pihak tertentu. 

“Orang-orang perlu menyadari apa risiko dan seberapa manfaat vaksin itu. Butuh waktu bagi warga Hong Kong dan orang tua untuk menyadari hal ini juga,” kata Stephanie Jean-Tsang, asisten profesor Hong Kong Baptist University yang berspesialisasi seputar kesehatan. 

Pihak berwenang belum mewajibkan vaksinasi di tengah tanda-tanda masyarakat akan menentang langkah tersebut. Pekan lalu, China mengumumkan akan mulai menawarkan booster kedua untuk kelompok berisiko tinggi dan orang berusia di atas 60 tahun. 

Vaksin yang dikembangkan di luar negeri tidak tersedia di China untuk masyarakat umum. Kendati begitu, mereka hanya mengandalkan suntikan dari Sinopharm, Coronavac milik Sinovac, dan opsi lain yang diciptakan di dalam negeri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya