Terjadi Panic Buying Pascapelonggaran COVID-19 di China, Obat dan Buah Jadi Langka

Pandemi COVID-19 di Xi'an, China.
Sumber :
  • Reuters

VIVA Dunia – Gelombang COVID-19, yang belum pernah terjadi sebelumnya di China telah memicu kepanikan warga Beijing untuk memburu obat demam, pereda nyeri, dan bahkan pengobatan rumahan seperti buah persik kalengan, yang menyebabkan kelangkaan secara online dan di toko negara itu.

Pihak berwenang mengatakan pada hari Rabu, 14 Desember 2022, bahwa mereka telah mendeteksi 2.249 kasus COVID-19 bergejala secara nasional melalui pengujian asam nukleat, 20 persen di antaranya terdeteksi di ibu kota Beijing. Menurut laporan CNN, jumlah kasus di ibu kota China bisa jauh lebih tinggi dari yang tercatat.

Petugas melakukan tes COVID-19 di rumah sakit sementara di Shanghai, China.

Photo :
  • Chinatopix via AP

Melansir dari CNN, Jumat, 16 Desember 2022, permintaan obat demam dan flu, seperti Tylenol dan Advil, melonjak karena orang-orang di negara itu bergegas menimbun obat di tengah kekhawatiran mereka akan tertular virus corona.

Sementara itu, persik kuning kalengan, dianggap sebagai makanan yang sangat bergizi di banyak bagian China, dan telah dibeli oleh orang-orang yang mencari cara untuk melawan penyakit mematikan itu.

Popularitas buah kalengan yang melonjak tiba-tiba, telah mendorong Dalian Leasun Food, salah satu produsen makanan kaleng terbesar di negara itu, untuk angkat suara di sebuah pos Weibo. Perusahaan mengatakan bahwa buah persik kuning kalengan tidak memiliki efek untuk mengobati apa pun.

"Persik kuning kalengan bukan obat-obatan! Pasokan cukup, jadi tidak perlu panik. Tidak perlu terburu-buru untuk membeli," kata perusahaan itu dalam postingan yang diterbitkan pada hari Jumat.

Harian Rakyat, corong Partai Komunis, juga mendesak masyarakat untuk tidak menimbun buah persik. "Mereka (persik kalengan) tidak berguna dalam mengurangi gejala penyakit."

Bursa Asia Fluktuatif saat Investor Tunggu Data Penting dari China dan Jepang Pekan Ini

Menimbun pasokan medis

Pihak berwenang mengimbau masyarakat untuk tidak menimbun pasokan medis. Pada hari Senin, 12 Desember 2022, pemerintah kota Beijing memperingatkan penduduk bahwa pihaknya menghadapi tekanan besar untuk memenuhi permintaan obat dan layanan medis karena panic buying, dan masuknya pasien dalam klinik-klinik di China.

Kangen Tanah Air, Prabowo Ingin Segera Pulang

Kejadian ini mendesak masyarakat untuk tidak menimbun obat-obatan atau menelepon layanan darurat jika mereka tidak memiliki gejala. Meningkatnya permintaan dan kekurangan pasokan obat COVID-19 telah memicu kepusingan pada pembuat obat.

Ilustrasi obat COVID-19.

Photo :
  • Health Europa
Perang Bintang AS dan China

Saham Xinhua Pharmaceutical yang terdaftar di Hong Kong, produsen ibuprofen terbesar di China, telah naik menjadi 60 persen dalam lima hari terakhir. Kemudian, saham sejauh ini melonjak 147 persen dalam dua minggu pertama bulan ini.

"Lini produksi perusahaan kami beroperasi dengan kapasitas penuh, dan kami bekerja lembur untuk memproduksi obat-obatan yang sangat dibutuhkan, seperti tablet ibuprofen," kata Xinhua Pharmaceutical.

Ibuprofen adalah obat antiinflamasi yang digunakan untuk mengobati nyeri dan demam. Obat itu juga dikenal sebagai Advil, Brufen, atau Fenbid. Kekurangan obat telah menyebar dari China daratan ke Hong Kong, wilayah administratif khusus yang memiliki sistem pemerintahan lokal terpisah.  

Pada hari Minggu, 11 Desember 2022, kepala kesehatan kota mengimbau masyarakat untuk tidak panik membeli obat flu yang tidak mereka butuhkan, dan mengimbau warga untuk tidak bertindak berlebihan. Di beberapa toko obat Hong Kong, obat demam seperti Panadol, merek lokal Tylenol, juga telah habis terjual.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya