China Larang Ekspor Prosesor Militernya ke Rusia, Hubungan Mulai Renggang?

Ilustrasi prosesor 32 dan 64 bit.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Dunia – Beijing melarang pasokan prosesor tingkat militer ke Rusia yang diproduksi oleh perusahaan China Loongson. Ini menjadi kemunduran Moskow dalam perang di Ukraina.

Terkuak Alasan di Balik Kebiasaan Jenderal TNI Maruli yang Jarang Dilakukan Pejabat Tinggi Militer RI

Sanksi yang diberlakukan sejak awal invasi Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengusir banyak perusahaan barat dari Rusia, dan memaksa Moskow untuk mencari pemasok baru untuk komponen elektronik penting, termasuk untuk senjatanya. Produsen Rusia telah menguji prosesor buatan China untuk menggantikan produksi perusahaan seperti Intel, yang telah menangguhkan pengiriman.

Tetapi seorang sumber dari Kementerian Pengembangan Digital Rusia mengatakan bahwa pemerintah China telah melarang penjualan dan ekspor prosesor karena kepentingan strategisnya bagi militer China sendiri.

Subsatgas Pemberantasan Narkoba Berhasil Gagalkan Peredaran 20 Kg, Dua Oknum TNI Diamankan

Presiden Rusia Vladimir Putin

Photo :
  • Kremlin Pool Photo via AP

"Sementara perusahaan Rusia sebelumnya tidak terlalu bergantung pada prosesor China, sekarang mereka berharap untuk beralih ke Loongson," kata sumber tersebut.

Kim Kang Solat dan Belek Aganak, Tentara Korut yang Mati Bawa Dokumen Palsu

Sumber lain mengatakan bahwa pemerintah China telah melarang ekspor prosesor Loongson ke semua negara, termasuk Rusia.

"Chipset terbaik di China digunakan di kompleks industri militer, yang merupakan alasan utama mengapa mereka tidak tersedia untuk pasar luar negeri," kata mereka, dikutip dari Newsweek, Rabu, 14 Desember 2022.

Marina Miron, seorang peneliti dari Departemen Studi Pertahanan di King's College London (KCL), mengatakan setiap larangan ekspor oleh China akan semakin mempengaruhi kemampuan Rusia untuk bersaing di sektor teknologi, dan memaksa mereka untuk mencari alternatif dan meningkatkan kapasitas domestiknya untuk memproduksi microchip.

"Meskipun demikian, langkah ini tidak dirancang khusus untuk menargetkan Rusia. Sebaliknya, larangan ini menyangkut target yang jauh lebih luas,” katanya peneliti tersebut.

Dia juga menambahkan bahwa hal itu seharusnya tidak menyebabkan kerusakan signifikan pada kapasitas teknologi Rusia. "Meskipun Rusia tidak mengintegrasikan prosesor Loongson ke dalam ekosistemnya, Rusia masih harus mencari alternatif untuk mengisi kekosongan hingga Rusia mencapai kapasitas produksi yang diperlukan," ujarnya.

Sanksi

Microchip telah menjadi masalah bagi Rusia sejak sanksi pertama yang diberlakukan untuk pencaplokannya atas Krimea pada tahun 2014. Sanksi ini berdampak pada kompleks industri militernya, dan menyebabkan keterlambatan dalam produksi senjata presisi tinggi.

"Larangan ini sepertinya tidak akan menyebabkan gangguan yang lebih parah, mengingat Rusia telah menderita kekurangan ini selama hampir satu dekade, yang mengarah pada adaptasi," kata Miron.

Miron mencatat bahwa Rusia masih memiliki perusahaan seperti MCST yang memproduksi prosesor Elbrus, yang dibuat di Taiwan, tetapi produksinya dialihkan ke pabriknya di Zelenograd setelah perang dimulai.

Microchip

Photo :
  • http://fightthenwo.wordpress.com

“Jadi, ada indikasi bahwa perusahaan teknologi Rusia akan mencoba mempertahankan manufaktur di luar negeri, dan jika itu tidak memungkinkan, mereka akan mencoba membawa pulang keahliannya,” tuturnya.

Vitaly Mankevich Ketua Persatuan Industrialis dan Pengusaha Rusia-Asia (RASPP) mengatakan kepada Kommersant bahwa tidak ada pernyataan resmi pemerintah China mengenai larangan Loongson dan bagaimanapun, Beijing tidak akan menarik perhatian untuk penjualan ke Rusia.

Namun, dia menambahkan masih ada cara untuk membeli produk tersebut, termasuk melalui pihak ketiga atau perusahaan kecil.

Presiden Chinse Xi Jinping adalah sekutu terpenting Putin dan tetap netral dalam invasi Rusia ke Ukraina. Terlepas dari statusnya sebagai mitra dagang utama Rusia, Beijing sejauh ini menghormati sanksi seperti kontrol ekspor militer Rusia dan belum mencoba menjual perangkat keras atau komponen militer ke Moskow.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya