Kesuksesan Maroko di Piala Dunia Dirayakan Seantero Arab-Afrika, Tidak Bagi Aljazair
- AP Photo/Martin Meissner
VIVA Dunia – Momen langka terjadi di Timur Tengah ketika suara publik terdengar lebih keras daripada suara pemerintah. Rangkaian kemenangan mengejutkan Timnas Maroko di Piala Dunia di Qatar telah membangkitkan kegembiraan dan kebanggaan di antara para penggemar sepak bola di jazirah Arab-Afrika, setidaknya untuk sesaat, menutupi banyak perpecahan politik di kawasan itu.
Mungkin, yang paling mencolok adalah bagaiman ekspresi timnas Maroko dan para suporter yang memberikan dukungan kepada Palestina selama gelaran Piala Dunia Qatar 2022, meskipun pemerintah Maroko melakukan normalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari Abraham Accords 2020.
Timnas Maroko mengibarkan bendera Palestina setelah kemenangannya atas Spanyol pekan lalu, menggetarkan warga Palestina. Sepanjang turnamen, bendera Palestina telah dikibarkan di mana-mana, dibawa oleh penggemar Arab dan beberapa non-Arab - sedemikian rupa sehingga muncul lelucon yang beredar adalah bahwa Palestina adalah tim ke-33 di Piala Dunia.
Warga Palestina melihatnya sebagai tanda dukungan publik Arab masih kuat untuk perjuangan mereka, bahkan ketika mereka merasa pemerintah Arab telah meninggalkan mereka, dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Sudan juga menormalisasi hubungan dengan Israel.
"Saya tidak mengharapkan ini. Ini menyebarkan berita dan menunjukkan bahwa Palestina bukan hanya masalah politik, ini adalah masalah manusia," kata Ahmed Sabri, seorang pemuda Palestina di Doha setelah menyaksikan kemenangan Maroko atas Portugal pada hari Sabtu dilansir AP. Dia memiliki bendera Palestina disampirkan di punggungnya.
Temannya dari Mesir, Yasmeen Hossam, terbungkus bendera Maroko, berkata, "Ini adalah Piala Dunia pertama di Timur Tengah dan yang pertama untuk Timur Tengah."
Maroko adalah tim Arab-Afrika pertama yang berhasil sejauh ini di Piala Dunia, dan bersiap menghadapi laga semifinal melawan Prancis, Rabu. Dukungan tim Arab datang untuk Maroko meskipun banyak negara-negara di Arab terperosok dalam krisis ekonomi, konflik bersenjata, dan represi politik.
Bagi sebagian orang, sangat menyenangkan melihat budaya mereka ditampilkan secara positif di panggung internasional yang masif - apakah saat timnas Maroko melakukan selebrasi sujud syukur di pinggir lapangan, atau pemain sayap Maroko Soufiane Boufal menari dengan ibunya yang berkerudung di lapangan setelah kemenangan perempat final atas Portugal.
"Kita semua berpegang teguh pada tim Maroko ini sebagai semacam sumber harapan dan kebahagiaan di saat saya pikir kita semua benar-benar dapat menggunakan kabar baik," kata Danny Hajjar, seorang penulis musik Lebanon-Amerika.
Kegembiraan dengan setiap kemenangan telah melintasi batas dan divisi politik.
Pun dengan rakyat Aljazair yang bergabung dalam kegembiraan atas kemenangan timnas Maroko, meskipun pemerintah mereka memutuskan hubungan dengan Maroko tahun lalu.
Kedua negara memiliki konflik berkepanjangan atas Sahara Barat, yang dianeksasi Maroko pada tahun 1975 dan di mana Aljazair lama mendukung Sahrawi di Front Polisario yang mencari kemerdekaan.
Aljazair marah dengan pengakuan AS atas kedaulatan Maroko di wilayah itu dengan imbalan normalisasi dengan Israel.
Di perbatasan Maroko dan Aljazair yang kerap memicu ketegangan, para penggemar berbaris di kedua sisi dan saling bersorak di tanah tak bertuan, seperti dalam video yang viral di media sosial.
Di kota Nice, Prancis, diaspora Aljazair dan Tunisia bergabung dengan orang Maroko di kafe dan di rumah satu sama lain untuk pertandingan, menyalakan kembang api untuk merayakannya di trotoar Mediterania Promenade des Anglais yang terkenal.
Sebaliknya, TV negara Aljazair bahkan tidak melaporkan kemenangan Maroko. Mereka tidak memuat hasil pertandingan Maroko Vs Portugal dalam laporan harian pertandingan Piala Dunia Qatar 2022.
Sebelumnya, pemerintah Aljazair memecat Kepala Lembaga Televisi Publik (EPTV) Chabane Lounakel, sehari setelah jaringan televisi pelat merah itu menyiarkan pertandingan tim nasional Maroko yang sukses mengalahkan Portugal dan melaju ke semifinal Piala Dunia Qatar 2022.
Penayangan pertandingan Timnas Maroko di Piala Dunia oleh jaringan EPTV memang belum pernah terjadi sebelumnya, karena media pro-rezim Aljazair sangat menghindari publikasi prestasi tim nasional Maroko selama Piala Dunia 2022.
Mengutip pernyataan dari Kementerian Komunikasi Aljazair yang dilansir kantor berita Aljazair APS, ototitas Aljazair menunjuk Nadir Boukabes menggantikan Lounakel sebagai direktur umum EPTV, juga dikenal sebagai Televisi Algerienne - sebuah perusahaan yang mengelola cabang televisi publik di Aljazair.
Belum dirinci alasan di balik pemecatan Dirjen EPTV yang dilantik pada Mei 2021 itu. Namun demikian, Ini bukan pertama kalinya Aljazair memilih mempolitisasi olahraga.