Iran Kalah dari AS, Demonstran Pro Mahsa Amini Pesta Kembang Api
- AP Photo/Alessandra Tarantino
VIVA Dunia – Para pengunjuk rasa di Iran merayakan kekalahan timnas negara mereka dari rival sengitnya Amerika Serikat (AS) di Piala Dunia Qatar. Pada pertandingan yang digelar Selasa, 29 November 2022, timnas Iran kalah 1-0 dari AS di laga penyisihan Grup B.
Tidak seperti suporter pada umumnya ketika negara mereka kalah dengan penuh kekecewaan, justru para pengunjuk rasa di Iran melepaskan kembang api, penuh suka cita, seperti pada video yang tersebar di media sosial.
Diketahui, Republik Islam itu telah mengerahkan pasukan keamanan negara untuk melawan kerusuhan yang pecah setelah kematian wanita Kurdi berusia 22 tahun, Mahsa Amini, yang meninggal pada 16 September 2022, tiga hari setelah penangkapannya karena diduga melanggar aturan berpakaian wanita Iran.
Di kampung halaman Mahsa Amini di Saqez, serta kota-kota lain di provinsi barat Kurdistan, telah menjadi pusat protes terhadap aturan ulama.
"Warga Saqez sudah mulai merayakan dan menggunakan kembang api setelah gol pertama Amerika melawan tim sepak bola Iran," kata situs web Iran Wire yang berbasis di London, dikutip dari NDTV, Rabu, 30 november 2022.
Video itu menunjukkan adanya kembang api dengan suara sorak-sorai, seperti sedang merayakan sesuatu.
Video lain yang diunggah oleh aktivis Kurdi Kaveh Ghoreishi menunjukkan sebuah lingkungan pada malam hari di kota Sanandaj, yang bersorak sorai setelah AS mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan itu.
Kembang api juga digunakan di Mahabad, kota lain di Kurdistan, menyusul kekalahan Iran, menurut video yang dibagikan secara online.
Kelompok hak asasi manusia Hengaw yang berbasis di Norwegia, mengatakan pengendara Iran merayakan kemenangan AS dengan membunyikan klakson mereka di Mahabad.
Kembang api juga menerangi langit di Marivan, kota lain di provinsi Kurdistan, di mana pasukan keamanan melakukan penumpasan mematikan terhadap protes yang kunjung usai.
"Kembang api dan sorakan juga terdengar di Paveh dan Sarpol-e Zahab, di provinsi Kermanshah," tambahnya.
Tim nasional Iran telah menghadapi pukulan ganda dari pemerintah dan tekanan publik setelah protes pecah di beberapa wilayah. Bahkan beberapa orang Iran justru memuji tim lawan.
"Siapa yang mengira saya akan melompat tiga meter dan merayakan gol Amerika!," tweet seorang jurnalis Iran Saeed Zafarany setelah kekalahan itu.
"Mereka kalah. Baik di dalam maupun di luar lapangan," tweet jurnalis yang berbasis di Iran Amir Ebtehaj.
Kemenangan AS itu secara otomatis mendepak Iran keluar dari Piala Dunia, dan memastikan musuh bebuyutan republik Islam itu mendapat tempat di fase sistem gugur turnamen Piala Dunia Qatar.
"Dan sirkus tim sepak bola Republik Islam telah berakhir," tulis mantan jurnalis Hamid Jafari dalam tweetnya.
"Sekarang berita penindasan tidak bisa disembunyikan di balik kemenangan atau kekalahan tim favorit pasukan keamanan," tulisnya, mengacu pada video polisi Iran yang merayakan kemenangan tim sebelumnya melawan Wales saat dikerahkan di jalanan.
Kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo mengatakan setidaknya 448 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan Iran dalam gelombang protes, yang sudah berlangsung lebih dari dua bulan.