Perlemen Malaysia Hadapi Kebuntuan, Gagal Bentuk Pemerintahan Baru
- ANTARA/REUTERS/Hasnoor Hussain.
VIVA Dunia – Malaysia menghadapi kebuntuan untuk pertama kalinya dalam sejarah politiknya, setelah pemilihan umum yang memecah belah, dan diperebutkan membuat partai-partai besar tidak dapat mengamankan cukup suara untuk membentuk pemerintahan baru.
Hasil dari pemilu itu telah mendorong negara Asia Tenggara tersebut ke dalam kekacauan politik baru, ketika para pemimpin berebut untuk mengklaim kemenangan. Siapa pun yang menang akan menjadi perdana menteri keempat Malaysia dalam beberapa tahun, di saat negara itu bergulat dengan kenaikan inflasi dan krisis biaya hidup.
Pakatan Harapan, koalisi multi-etnis pemimpin oposisi  Anwar Ibrahim, unggul setelah mengamankan 82 kursi dari kemungkinan 220 kursi, menurut hasil dari Komisi Pemilihan Umum negara itu. Kemudian di belakangnya diikuti dengan Perikatan Nasional, atau Aliansi Nasional yang berbasis di Melayu, yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin, dengan 73 kursi.
Melansir dari CNN, Senin, 21 November 2022, menjelang pemungutan suara, banyak pemilih menyatakan keinginan kuat untuk mengakhiri ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun. Dan pada hari Sabtu, pemilih menuju ke tempat pemungutan suara dalam jumlah besar, dengan media pemerintah memperkirakan jumlah pemilih menjadi 73,89 persen.Â
Namun, dalam kekacauan terbesar malam itu, koalisi Barisan Nasional (BN) pimpinan Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob, yang terdiri dari partai-partai politik sayap kanan, termasuk Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), mengalami kekalahan yang mengejutkan dengan hanya memenangkan 30 kursi.
Pejabat dari UMNO, yang memerintah Malaysia selama lebih dari enam dekade setelah kemerdekaannya dari Inggris, mengatakan kepada CNN bahwa partainya memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan tidak ingin mundur.
Sosok-sosok yang dulu gigih juga disingkirkan. Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang berusia 97 tahun mendapat kekalahan untuk pertama kalinya dalam 53 tahun, dan kehilangan kursinya di daerah pemilihan pulau Langkawi.
Kurangnya pemenang yang jelas dalam pemilihan yang berlangsung pada hari Sabtu, 19 November 2022, menghadirkan kemungkinan Raja Malaysia bisa terlibat, dengan konstitusi memberikan kekuasaan raja untuk menentukan siapa yang memiliki mayoritas di parlemen.
Kedua kandidat utama juga sebelumnya sama-sama mengumumkan klaim kemenangan pada hari Minggu, meskipun hasil menunjukkan tidak memiliki suara yang cukup untuk membentuk pemerintahan baru. Dalam pidato larut malam kepada para pendukungnya, Anwar mengklaim bahwa dia mendapat cukup dukungan dari anggota parlemen untuk membentuk pemerintahan, dan akan merinci dukungannya dalam sebuah surat kepada Raja.
Sementara Muhyiddin juga mengatakan kepada para pendukungnya bahwa dia sedang berdiskusi dengan para pemimpin partai politik Sabah dan Sarawak untuk juga membentuk koalisi.