Kartun The Simpsons Kembali Ramal Masa Depan, Kali Ini Tentang Trump Nyalon Presiden AS 2024
- NME
VIVA Dunia – Produser, kartun dewasa The Simpsons, Al Jean, telah menunjukkan bahwa kartun yang sudah lama tayang tersebut sekali lagi tampaknya berhasil meramalkan masa depan, menyusul pengumuman Donald Trump bahwa dia akan mencalonkan diri (lagi) sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 2024.
Produser tersebut men-tweet sebuah klip dari episode di tahun 2015 yang menampilkan Homer Simpson dan tanda kampanye presiden yang bertuliskan "Trump 2024", melansir NME pada Kamis, 17 November 2022.
Klip terkait Trump lainnya berasal dari episode "Bart to the Future", yang ditayangkan pada tahun 2000, di mana penonton melihat Presiden Lisa Simpson berbicara tentang kepresidenan Trump.
“Seperti yang Anda ketahui, kami mewarisi pemotongan anggaran yang cukup besar dari Presiden Trump,” kata Presiden Simpson dalam cuplikan yang dibagikan Jean di Twitter.
“@TheSimpsons, seperti yang telah diperkirakan pada tahun 2015,” tweet sang produser.
Trump, pada Rabu 16 November 2022, membuat pengumuman kampanye tentang dirinya diri sebagai Calon Presiden AS di pemilu 2024, setelah beberapa bulan spekulasi tentang apakah dia akan mencalonkan diri sebagai Presiden untuk ketiga kalinya atau tidak.
"Untuk membuat Amerika kembali hebat dan jaya, malam ini saya mengumumkan pencalonan saya sebagai presiden Amerika Serikat,” kata Trump. "Zaman keemasan Amerika sudah di depan mata."
Ini bukan pertama kalinya The Simpsons diduga meramalkan masa depan.
Menurut acara itu, mereka meramalkan kematian Raja Inggris Ratu Elizabeth serta pengunduran diri perdana menteri Inggris Liz Truss.
Pada tahun 2019, acara tersebut diduga juga meramalkan kerusuhan Capitol serta perjalanan Ted Cruz yang tidak tepat waktu ke Cancun sementara orang Texas menderita flu yang parah.
Selain itu, kartun yang bercerita mengenai keluarga Homer Simpson tersebut sempat meramal serangan teroris Al Qaeda 9/11, pesawat yang menabrak gedung pencakar langit World Trade Center di New York yang menewaskan lebih dari 2.000 jiwa.