Alasan Mohammed bin Salman Ingin Hapus Wahabi jadi Satu-Satunya Paham di Arab Saudi
- Middle East Eye
VIVA Dunia – Sejak diangkat sebagai Putra Mahkota Arab Saudi, pangeran Mohammed bin Salman (MbS) telah melakukan banyak reformasi. Selain memperbolehkan diadakannya acara Halloween tahun 2022, di Riyadh, gerakan besar yang ia lakukan adalah ingin menghapus paham Wahabi sebagai satu-satunya mazhab di negara itu.
Dari The Conversation, padahal Wahabi sudah melekat dengan Saudi karena pendiri paham ini, Muhammad Ibnu Abdul Wahhab, berkontribusi terhadap pembangunan negara Arab Saudi. Selain itu, ajaran Wahabi juga masuk dalam sistem pemerintahan Saudi. Ajaran Salafi-Wahabi dianut oleh sekitar lima juta Muslim Sunni di Arab Saudi. Maka dapat dikatakan, Wahabi dikenal sebagai paham Islam paling berpengaruh di sana.
Wahabi adalah aliran dalam Islam yang ditujukkan untuk para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab bisa dibilang sejak dulu sudah kontroversial dan mengundang banyak kritikan bahkan cemohan dari banyak orang.
Beberapa pandangan Ibnu Abdul Wahab yang kontroversial adalah mengenai kebangkitan agama melalui pemulihan Islam ke bentuk “aslinya”. Hanya ada satu Tuhan dan setiap orang harus menyembah satu Tuhan persis seperti yang diperintahkan dalam Kitab Suci atau Al-Quran. Setiap orang harus hidup persis seperti kaum yang awal di Madinah pada zaman Rasulullah SAW dan siapa saja yang menghalangi pemulihan umat suci dan asli itu tak segan untuk dibinasakan.
Hal ini bertujuan supaya nantinya umat muslim tidak terjerumus ke dalam aliran yang "sesat". Maka dari itu, mereka sangat mudah mengatakan bid’ah dan mengkafirkan orang tidak mengikuti pemahaman mereka. Selain itu, pemikiran dari Muhammad bin Abd al-Wahhab ini memang sejak dulu mengundang kritikan dan juga hujatan dari banyak orang.
Ide-ide dari Mohammed bin Abdul Wahhab telah menjadi kontroversi dan telah menuai kritik serta hujatan dari banyak orang. Ia ingin menyucikan ajaran Islam, sehingga ia menganggap ziarah ke makam dan tawassul sebagai syirik.
Putera Mahkota Mohammed bin Salman lalu membuat terobosan baru di Arab Saudi, salah satunya dengan membatasi pengaruh ulama garis keras yang mendorong pandangan Islam. MbS menyatakan kepada media internasional pada 2017 bahwa Arab Saudi akan kembali menjadi kerajaan Islam moderat.
MbS telah menjalankan pemerintahan di negara itu sejak 2017 atas restu sang ayah, Raja Salman. Namun, Ia baru resmi dilantik sebagai perdana menteri oleh Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz pada September 2022.
"Hari ini tak boleh ada satu pun pihak yang memaksakan ajaran mereka yang menjadikannya satu-satunya paham di Saudi," ujar MbS dalam wawancara dengan media The Atlantic, melansir media pemerintah, Saudi Gazzette.
"Mungkin itu pernah menjadi sejarah kami seperti yang pernah saya katakan tepatnya pada era 1980-an, 1990-an, dan awal 2000-an. Hari ini, kami berada dalam jalur yang benar," lanjutnya
Di mata Mohammed bin Salman, kaum agamawan di Saudi sudah tak relevan lagi. Ia ingin Arab Saudi lepaskan diri dari belenggu masa lalu yang mengganggu reputasi negara dan menimbulkan citra negatif.
Menurutnya, Wahabi adalah peninggalan masa lalu, dan pengingat masa kelam yang ingin dilupakan. Saudi hari ini diciptakan ulang agar hanya mengingat Al Saud, pendiri Saudi, bukan penceramah atau pengikutnya.
Selain itu, MbS menyebut hubungan kerajaan dengan Wahabi bermasalah. Puluhan tokoh agama ternama di Saudi juga banyak yang ditangkap belakangan ini. MbS juga menghapus polisi moral di Saudi yang dianggap merupakan turunan dari ajaran Wahabi.
Contohnya, pertama, pembaca Alquran, Sheikh Abdullah Basfar. Ia ditangkap pada Agustus 2020 lalu diyakini karena menjadi imam shalat di Masjid Hagia Sophia pada 2014, yang pada saat itu Hagia Sophia belum menjadi masjid.
Selain itu, seorang Profesor Universitas sekaligus mantan Dekan Fakultas Syariah di Universitas Al Imam di Riyadh, Sheikh Saud Al Funaisan, yang ditangkap pada 2020. Diduga Al Funaisan ditangka sebagai bagian tindakan ekstremisme di kerajaan Saudi.