Xi Jinping Terpilih Lagi, Demokrasi di China Dinilai Mundur
- ANTARA/M. Irfan Ilmie.
VIVA Dunia - Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia menilai demokrasi di China yang berjalan mundur saat ini. Wakil Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia, Furqan Raka, menyebut kembali terpilihnya Xi Jinping menandakan era kediktatoran bangkit di China.
Jelas Kemunduran Demokrasi
“Jelas ini kemunduran demokrasi bagi negara dan rakyat termasuk warga negara China seperti etnis Uighur,” kata Furqan kepada wartawan, Minggu, 30 Oktober 2022.
Tumpahkan Kekecewaan Lewat Coretan di Bilik Toilet
Apalagi, lanjut Furqan, usai Kongres Partai Komunis China, warga Tiongkok kembali menumpahkan kekecewaan terhadap Presiden Xi Jinping melalui coretan di bilik toilet.
Mereka menyebut gerakan ini sebagai revolusi toilet, dimana warga mengatakan bahwa corat-coret toilet merupakan salah satu cara paling aman untuk menyuarakan protes karena pemerintah tak mungkin memasang pemantau di dalam bilik toilet.
Seorang mahasiswa senior di timur China, Raven Wu, mengamini anggapan tersebut. Ia pun ikut serta dalam revolusi toilet itu.
Slogan Anti Pemerintah
Wu mencoret pintu toilet sekolah dengan berbagai slogan anti-pemerintah, seperti "Kebebasan, bukan lockdown", "Kehormatan, bukan kebohongan", "Reformasi, bukan regresi", hingga "Pemilu, bukan kediktatoran."
Di bawah slogan-slogan itu, Wu menggambar kepala Winnie the Pooh, tokoh kartun yang kerap disebut mirip dengan Xi. Di atas gambar itu, Wu menggambar garis coretan, tanda penolakan terhadap Xi.
"Saya merasa kebebasan yang sudah lama hilang ketika menggambar itu. Di negara dengan kebudayaan ekstrem dan sensor politik ini, tak ada ekspresi politik diperbolehkan," ujar Wu.
Xi Jinping Tak Terbendung
Terlepas dari insiden itu, ambisi Xi Jinping tak terbendung. Ia kembali terpilih sebagai Sekjen PKC sekaligus Presiden China dalam Kongres PKC.
Laporan sekretaris jenderal kepada kongres partai, terlihat paling dominan dalam menentukan apa yang akan diprioritaskan oleh kepemimpinan China di tahun-tahun mendatang.
Rangkum Prestasi Besar
Selama akhir pekan, Presiden Xi Jinping menyampaikan pidato di depan kongres. Dalam lebih dari 104 menit, Xi merangkum “prestasi besar” dari dekade pertamanya sebagai pemimpin tertinggi Tiongkok dan menciptakan frasa “modernisasi gaya Tiongkok.”
Dia memaparkan visinya untuk China selama lima tahun ke depan dan seterusnya, menandakan bagaimana negara itu akan terlibat dengan dunia.
Lima tahun lalu, laporan Xi kepada kongres partai sebelumnya mengindikasikan China akan menjadi pembentuk tatanan internasional yang lebih tegas.
Narasi Kebijakan yang Serupa atau Identik
Banyak narasi kebijakan luar negeri dalam laporan tahun ini yang serupa atau identik dengan yang ada dalam laporannya tahun 2017.
“Ini Xi Jinping hanya copy paste pidatonya di 2017 lalu. Yang disampaikannya itu-itu saja seperti minim ide-ide besar dan gagasan-gagasan visioner,” kata Furqan lagi.
Ini termasuk frase kunci seperti menjunjung tinggi perdamaian dunia, mempromosikan pembangunan bersama dan bekerja untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.
“Omongan Xi Jinping dalam konteks membangun masa depan bersama umat manusia, hanya lips service belaka mengingat umat islam di China khususnya Uighur, jelas tidak menentu nasib dan masa depannya,” kata Furqan.
“Secara keseluruhan, pidato Xi Jinping terdengar asbun alias asal bunyi, mengingat hampir isi pidato sejatinya sulit untuk di implementasikan olehnya,” tambahnya.
Diduga Sudah Diatur di Belakang Layar
Kongres Nasional Partai Komunis China ke-20, yang berlangsung di Beijing dinilai sebagai peristiwa politik paling signifikan yang diharapkan memberikan kemajuan bagi Tiongkok dalam setengah dekade terakhir.
Seperti halnya debat politik para pemimpin atau calon pemimpin di negara-negara demokrasi Barat, Kongres Nasional Partai Komunis yang diadakan setiap lima tahun sekali, seharusnya berjalan panas atau menegangkan, khususnya dalam tahap menentukan sosok pemimpin.
Namun, keseruan debat politik yang diharapkan terjadi selama kongres tidak sekalipun terlihat, karena diduga sebagian besar pengaturan politik dibuat di belakang layar sebelumnya.
Tidak sedikit yang menilai Kongres Partai Komunis China tahun ini berjalan di luar kelaziman di negara itu.
Beberapa insiden terjadi sebelum dan sesudah perhelatan akbar Kongres Partai Komunis China, di antaranya bahkan terang-terangan menyuarakan penolakan Xi Jinping kembali menduduki kursi Presiden China di periode ketiga.
Sejumlah warga Beijing bahkan nekat menggelar demonstrasi yang jarang terjadi di China, di mana massa unjuk rasa menyerukan pelengseran Xi Jinping, tiga hari sebelum Kongres Partai Komunis China digelar.