Bertambah, 24 Orang Tewas Akibat Topan Sitrang di Bangladesh
- twitter @fahimbinreza1
VIVA Dunia – Korban jiwa karena topan sitrang di Bangladesh bertambah. Sebelumnya dilaporkan sembilan nyawa melayang dan hingga saat ini meningkat menjadi 24 orang seperti yang dilansir dari The Guardian.
Sebagian besar kematian berasal dari pohon yang tumbang menurut pernyataan dari polisi dan pejabat pemerintah dengan dua orang meninggal di utara sungai Jamuna ketika perahu mereka tenggelam. Seorang warga negara Myanmar yang bekerja di sebuah kapal juga tewas karena jatuh dari geladak.
“Kami masih belum mendapatkan semua laporan kerusakan,” kata seorang pejabat pemerintah bernama Jebun Nahar.
Selain 24 orang meninggal dunia, sekitar 10 juta orang kehilangan aliran listrik sehingga mengharuskan mereka mengungsi. Sementara sekolah-sekolah ditutup di sebagian besar selatan Bangladesh.
Topan sitrang menghampiri Bangladesh pada Senin, 24 Oktober 2022 malam hari waktu setempat. Pihak berwenang berhasil menyelamatkan sekitar satu juta orang sebelum topan menyerang.
Delapan orang dikabarkan hilang dari kapal pengerukan yang tenggelam saat badai pada Senin malam di Teluk Benggala, dekat Mirsarai. Para penyelam sedang dalam pencarian para korban yang selamat.
“Angin kencang membalik kapal keruk dan langsung tenggelam di Teluk Benggala,” ujar Kepala Departemen Pemadam Kebakaran Regional Abdullah Pasha.
Kamrul Ahsan selaku sekretaris kementerian mengungkapkan orang-orang dievakuasi dari daerah dataran rendah seperti pulau-pulau terpencil dan tepi sungai dipindahkan ke ribuan tempat penampungan.
Ahsan menyatakan hampir 10.000 rumah hancur atau rusak dalam badai dan sekitar 1.000 tambak udang tersapu banjir. Pohon-pohon tumbang bahkan hingga ke ibu kota Dhaka yang berjarak ratusan kilometer dari pusat badai.
Hujan lebat melanda mayoritas Bangladesh, membanjiri kota-kota seperti Dhaka, Khulna, dan Barisal yang menerima curah hujan 32,4 cm pada hari Senin.
Sekitar 33.000 pengungsi Rohingya dari Myanmar – yang secara kontroversial dipindahkan dari daratan pulau rawan badai di Teluk Benggala diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah namun tak ada laporan kerusakan atau korban.
Warga Bangladesh diterpa rasa takut karena badai ini hingga mereka tidak bisa tidur.
“Begitulah kekuatan angin, kami tidak bisa tidur di malam hari karena takut rumah kami akan hancur. Ular memasuki banyak rumah, air juga menggenangi banyak rumah,” ucap Tahmidul Islam yang berasal dari Maheskhali.