PBB Telah Verifikasi Ratusan Kasus Kekerasan Seksual yang Dilakukan Rusia di Ukraina
- AP Photo/LIBKOS
VIVA Dunia – Seorang pejabat PBB mengatakan Rusia menggunakan kekerasan seksual atau pemerkosaan sebagai strategi dalam perangnya melawan Ukraina, melansir kantor berita internasional Prancis Agence France-Presse, pada Senin, 17 Oktober 2022.
Pramila Patten, perwakilan khusus PBB untuk kekerasan seksual dalam konflik, mengatakan kepada AFP dalam sebuah wawancara bahwa pasukan Rusia telah melakukan serangan seksual sebagai “taktik yang disengaja untuk merendahkan para korban,” sebagai bagian dari strategi militernya.
"Ketika perempuan disekap selama berhari-hari dan diperkosa, saat Anda mulai memerkosa anak laki-laki dan laki-laki, saat Anda melihat mutilasi genital, ketika Anda mendengar perempuan mengatakan tentara Rusia dilengkapi dengan Viagra, itu jelas adalah strategi militer," ujar Patten.
"Dan ketika para korban melaporkan apa yang dikatakan (tentara Rusia) ketika melakukan pemerkosaan, itu jelas merupakan taktik yang disengaja untuk tidak memanusiakan korban." lanjutnya.
Patten mengatakan PBB telah memverifikasi lebih dari seratus kasus pemerkosaan atau serangan seksual sejak perang dimulai pada Februari 2022 silam, dan kasus pertama dilaporkan hanya tiga hari setelah Rusia meluncurkan invasi skala penuh.
Patten mengatakan para korban kebanyakan wanita dan anak perempuan, tetapi beberapa pria dan anak laki-laki juga termasuk. Ia juga mengatakan bahwa para korban berusia antara 4 hingga 82 tahun.
Patten mengatakan kasus yang dilaporkan "hanya puncak gunung es," dan mempertahankan statistik yang dapat diandalkan sulit dilakukan selama konflik aktif. Dia juga menambahkan bahwa jumlah yang dilaporkan tidak akan mencerminkan kenyataan karena kekerasan seksual adalah “kejahatan secara diam-diam.”
Rusia telah menghadapi tuduhan kejahatan perang di sebagian besar konflik dari pejabat Ukraina bahkan masyarakat internasional.
PBB merilis laporan bulan lalu tentang kasus pemerkosaan, penyiksaan dan kurungan yang tidak sah yang terjadi di Ukraina. Ditemukan bahwa beberapa tentara Rusia telah melakukan kekerasan berbasis seksual dan gender selama perang.
Pasukan Rusia juga telah memaksa anggota keluarga untuk menyaksikan kejahatan yang dilakukan terhadap orang yang mereka cintai, kata laporan itu. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky telah mendorong komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas kejahatan perang yang telah mereka lakukan selama perang.
Tentara Ukraina juga telah menemukan dan mulai menggali kuburan massal di wilayah yang telah mereka reklamasi dari Rusia.
Meski begitu, Rusia, tentu pada bagiannya, telah membantah tuduhan kejahatan-kejahatan perang tersebut.