OPEC+ Termasuk Saudi Sepakat Pangkas Produksi Minyak, Bagaimana Nasib AS
- ANTARA/REUTERS/Richard Carson/am
VIVA Dunia – OPEC+ termasuk Arab Saudi telah menyetujui penguranpgan produksi minyak dan membatasi pasokan di pasar meskipun ada tekanan dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lainnya.
Dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan di Wina, Austria pada Rabu, 5 Oktober 2022, kartel global negara-negara penghasil minyak mengumumkan akan memproduksi 2 juta barel lebih sedikit per harinya.
Langkah tersebut dapat memacu pemulihan harga minyak yang telah turun menjadi sekitar US$90 atau Rp 1,3 juta dari US$120 atau setara dengan Rp 1,8 juta,dalam tiga bulan lalu di tengah kekhawatiran resesi ekonomi global, kenaikan suku bunga AS dan dolar yang lebih kuat.
Laman Al Jazeera melaporkan dari Berlin yang mengatakan efek dari keputusan tersebut diperkirakan akan memakan waktu tiga minggu untuk tercermin dalam harga konsumen.
Disebutkan pula beberapa analis menyarankan bahwa AS mungkin berusaha untuk membebaskan beberapa stok minyak yang dimilikinya untuk mencoba melawan tindakan OPEC+.
Diberitakan pada Kamis, 13 Oktober 2022, AS juga telah mendorong OPEC+ untuk tidak melanjutkan pemotongan, dengan alasan bahwa fundamental tidak mendukung mereka.
Arab Saudi dan anggota OPEC+ lainnya yang mengelompokkan diri sebagai Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen lain termasuk Rusia mengatakan mereka berusaha mencegah volatilitas daripada menargetkan harga minyak tertentu.
Benchmark minyak mentah Brent naik menuju $93 atau Rp 1,4 juta per barel pada hari Rabu, setelah naik pada hari Selasa, 4 Oktober 2022.
Sebagian alasan Washington menginginkan harga minyak yang lebih rendah adalah untuk memangkas ketergantungan minyaknya pada Moskow. Sementara Arab Saudi sejauh ini justru tidak mengutuk tindakan Moskow atas invasinya
Sementara itu hubungan antara Kerajaan Saudi dan pemerintahan Presiden AS Joe Biden semakin tegang. Padahal sebelumnya Biden telah melakukan perjalanan ke Riyadh tahun ini tetapi gagal untuk mengamankan komitmen kerjasama yang kuat pada energi. Di sisi lain diberitakan bahwa relasi Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman dengan Presiden Rusia Putin yang menjadi musuh bersama Barat itu kini tengah mendekat.