Kasus Asusila, Uskup Belo Dapat Sanksi Vatikan
- Bussiness World
VIVA Dunia – Vatikan telah mengkonfirmasi bahwa Uskup Carlos Ximenes Belo pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu telah berada di bawah sanksi disiplin selama dua tahun terakhir, menyusul tuduhan atas dugaan pelecehan seksual yang dilakukan saat dirinya berada di Timor Timur pada 1990-an.
Mengutip dari Aljazeera, pernyataan itu diungkapkan sehari setelah majalah Belanda De Groene Amsterdammer mengungkap klaim terhadap uskup Katolik yang dihormati itu, dengan mengutip perkataan dua orang yang diduga menjadi korban Uskup Belo dan melaporkan ada orang lain yang juga tidak melapor.
Sebuah pernyataan yang beredar, Bruni mengatakan sanksi itu sudah diperkuat dari pengakuan saksi dan Uskup menerima hukumannya langsung.
Kemudian, Vatikan juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut lagi mengapa Belo mengundurkan diri sebagai kepala Gereja Katolik Roma di Timor Timur pada tahun 2002 dan dikirim ke Mozambik, di mana ia diizinkan untuk bekerja dengan anak-anak.
Kabar itu mengejutkan seluruh Timor Timur, di mana ia dianggap sebagai pahlawan karena berjuang untuk memenangkan kemerdekaan Timor Timur dari kekuasaan Indonesia.
De Groene Amsterdammer menyebut dua korban, diduga dilecehkan Uskup Belo. Disebutkan juga, diduga ada korban lain yang juga anak laki-laki. Dikatakan penyelidikannya menunjukkan bahwa pelecehan Belo diketahui oleh pemerintah Timor Leste dan pekerja kemanusiaan dan gereja.
Perlu diketahui juga, Belo memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1996 dengan kaitannya menjadi ikon kemerdekaan Timor Timur. Bersama Presiden petahana Jose Ramos-Horta saat itu, mengkampanyekan solusi yang adil dan damai untuk konflik di negara asal mereka itu, karena harus berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari Indonesia.
Komite Nobel Norwegia, dalam kutipannya, memuji keberanian Belo dalam menolak diintimidasi oleh pasukan Indonesia.
Komite mencatat bahwa ketika mencoba untuk mendekatkan ke PBB untuk mengatur plebisit untuk Timor Timur, ia menyelundupkan dua saksi pembantaian berdarah tahun 1991 sehingga mereka bisa bersaksi kepada komisi hak asasi manusia PBB di Jenewa.
De Groene Amsterdammer mengatakan menyelidiki Belo dan menunjukkan bahwa dira melecehkan anak laki-laki pada 1980-an juga, sebelum dia menjadi uskup ketika dia bekerja di sebuah pusat pendidikan yang dikelola oleh Salesian.