3 Penjaga Perdamaian PBB di Afrika Tengah Tewas Kena Bom

Ilustrasi Tentara Keamanan Negara
Sumber :
  • ukrinform

VIVA Dunia – Sebuah bom meledak di pinggir jalan yang menewaskan tiga penjaga perdamaian PBB dari Bangladesh dan melukai beberapa lainnya di barat laut Republik Afrika Tengah, mengutip laporan dari website PBB.

Palestina Sebut Keanggotaan Penuhnya di PBB Jadi Kunci Stabilitas Timur Tengah

Mengutip dari BBC News, Serangan itu terjadi pada hari Senin, 3 Oktober 2022 di dekat desa Kaita, dekat perbatasan dengan Kamerun, di daerah yang penuh dengan kegiatan milisi, misi penjaga perdamaian MINUSCA.

Kontingen Pasukan Garuda di Sudan menerima medali kehormatan dari PBB.

Photo :
  • Dok. TNI
PBB Tunjuk Alumni IPB Yurdi Yasmi Jadi Direktur FAO

“Batalyon sedang melakukan patroli, kemudian salah satu kendaraannya menabrak alat peledak,” kata MINUSCA dalam sebuah cuitan tweet.

Tidak ada milisi yang secara langsung disalahkan atas serangan itu, meskipun kepala MINUSCA Valentine Rugwabiza mengutuk “penggunaan alat peledak oleh kelompok bersenjata itu”.

DK PBB Kecam Permukiman Ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur

MINUSCA, yang secara resmi dikenal sebagai Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Republik Afrika Tengah, mengatakan telah meluncurkan penyelidikan atas ledakan tersebut.

Sejak 2013, Republik Afrika Tengah telah diguncang oleh kekerasan ketika pemberontak Seleka yang sebagian besar Muslim menggulingkan Presiden Francois Bozize, yang memicu pembalasan dari sebagian besar milisi Kristen. Konflik tersebut telah mencabut lebih dari satu juta orang, menurut PBB.

Pasukan perdamaian PBB

Photo :
  • Dok. Mabes TNI

Kekerasan mereda setelah perjanjian damai yang goyah ditandatangani pada Februari 2019 antara pemerintah dan 14 kelompok bersenjata, tetapi situasinya tetap tidak stabil karena petak-petak wilayah masih di luar kendali pemerintah di salah satu negara termiskin di dunia.

Pasukan penjaga perdamaian PBB dikerahkan ke Republik Afrika Tengah pada tahun 2014. Misi tersebut saat ini menghitung lebih dari 14.200 personel berseragam dan telah menderita 147 kematian, kata situs web resmi PBB.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya