Profil Uskup Belo Peraih Nobel Perdamaian Terjerat Pelecehan Seks
- AP Photo/Firdia Lisnawati
VIVA Dunia – Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo kini disorot. Pasalnya, pria peraih Hadiah Nobel Perdamaian itu terjerat kasus pelecehan seksual setelah dua korban laki-laki buka suara terkait tindakan bejatnya tersebut. Kasus pelecehan seksual Uskup Belo pertama kali dilaporkan oleh media Belanda De Groene Amsterdam.
Kedua korban yang diidentifikasi bernama Paulo dan Roberto mengatakan kepada media Belanda tersebut, bahwa pahlawan kemerdekaan Timor Leste yang dihormati telah melakukan pelecehan seksual kepada mereka. Uskup Belo membawa menyuruh keduanya untuk datang ke rumahnya dan masuk ke kamarnya. Di situlah Uskup Belo mulai melancarkan aksinya.
Mengenai laporan investigasi yang dilaporkan oleh De Groene Amsterdam, Vatikan akhirnya angkat bicara. Mereka memutuskan untuk menjatuhkan sanksi atau tindakan disiplin pada Uskup Belo dan melarang pria itu untuk melakukan kontak dengan anak-anak.
Siapa sebenarnya Uskup Belo tersebut? Ini profilnya.
Pahlawan Timor Leste
Lahir pada 3 Februari 1948, di Wailacama, Timor Leste, Uskup Belo dikenal sebagai pahlawan kemerdekaan di Timor Leste, dia ikut berkontribusi dalam mengkampanyenkan solusi yang adil dan damai untuk konflik di negara asal mereka karena berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari Indonesia.
Ditahbiskan Jadi Uskup
Belo diketahui ditahbiskan menjadi Uskup pada 1983. Sebagai pemimpin spiritual di wilayah yang diisi oleh mayoritas beragama Katholik, dia menjadi salah satu juru bicara utama rakyat Timor Leste.
Jadi Administrator Apostolik
Kemudian, pada 1989, Uskup Belo diangkat menjadi administrator apostolik Dili. Saat itu, dia juga mengecam tindakan brutal dan kebijakan yang menindas Pemerintah Indonesia.
Mengkampanyekan Reformasi di Militer
Setelah pembantaian demonstran damai di Dili pada 1991, Belo berhasil mengkampanyekan reformasi di militer, dan pemecatan dua orang jenderal. Sebagai seseorang yang sangat percaya pada perlawanan tanpa kekerasan, Belo mencari damai untuk menyelesaikan masalah di tanah airnya.
Mengkampanyekan Referendum Wilayah Timor Leste
Dalam sebuah surat terbuka yang ditulis pada Juli 1994, dia menguraikan keprihatinannya terhadap rakyat Timor Leste dan mengusulkan agar pemerintah Indonesia mengurangi kehadiran militernya, memperluas hak-hak sipil warga negara, dan mengizinkan Timor Leste mengadakan referendum demokrasi tentang nasib dari wilayahnya sendiri (Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia). Referendum yang diadakan pada 1999, akhirnya membuka jalan bagi kemerdekaan Timor Leste pada 2022.
Mengundurkan Diri dari jabatan Administrator Apostolik Dili
Dengan alasan Kesehatan yang memburuk, Uskup Belo mengundurkan diri sebagai administrator apostolik Dili pada November 2002. Dia kemudian menolak seruan untuk mencalonkan diri sebagai presiden Timor Leste. Lalu pada 2004 dia mulai melayani sebagai misionaris di Mozambik.